Jelang Pelantikan Rouhani, AS Perketat Sanksi Iran  

Reporter

Kamis, 1 Agustus 2013 17:11 WIB

Barack Obama. AP/Carolyn Kaster

TEMPO.CO, Washington - Para politisi Amerika Serikat di Kongres telah meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) pengetatan sanksi terhadap Iran. RUU ini dikeluarkan beberapa hari menjelang pelantikan presiden terpilih, Hassan Rouhani. Sikap para politikus itu berbeda dengan bahasa perdamaian Presiden Barack Obama terhadap Iran.

RUU mendapatkan persetujuan 400 suara melawan 20 suara dalam sebuah pemungutan suara di Kongres, Rabu, 31 Juli 2013. Isi sanksi yang dikenakan terhadap Iran antara lain memotong ekspor minyak Iran dari satu juta barel per hari menjadi per tahun.

Menurut Badan Energi Internasional, ekspor minyak mentah Iran ke sejumlah negara turun 800 ribu barel per hari pada Juni, dari 1.250 juta di bulan Mei 2013.

Sebelumnya, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menerapkan sanksi dengan mengurangi ekspor minyak Iran lebih dari separuh. Guna mengekfektifkan sanksi, AS bekerja sama dengan konsumen terbesar minyak Iran, yakni Cina, Jepang, dan Korea Selatan.

Kendati RUU telah lolos dari pembahasan di Kongres, namun masih harus melewati Senat dan tanda tangan Presiden Barack Obama sebelum ditetapkan sebagai Undang-Undang.

Ed Royce, anggota Kongres dari Republik mewakili negara bagian California dan Komite Urusan Luar Negeri yang mempelopori RUU, mengatakan AS tidak memiliki prioritas keamanan lebih tinggi daripada mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

"Presiden baru atau bukan, saya yakin Pemimpin Agung Iran tetap melanjutkan di jalur ini (program nuklir)," kata Royce.

Hasil pemungutan suara di Parlemen menujukkan tumbuhnya ketidaksepahaman antara Gedung Putih dengan Kongres. Salah seorang pejabat senior di pemerintahan Obama mengatakan, Gedung Putih secara prinsip tidak menolak sanksi baru, namun ingin memberi Rouhani sebuah perubahan.

Sejumlah pengamat menerangkan bahwa RUU itu merupakan sebuah pesan agresif yang dikirimkan sebelum pelantikan Rouhani pada Ahad, 4 Agustus 2013.

Salah seorang dari 20 anggota Kongres yang menentang RUU, Jim McDermott, dari Demokrat-Washington, mengatakan pemungutan suara soal sanksi terhadap Iran dianggap terlalu terburu-buru sebelum Rouhani menempati kantornya.

"Ini sebuah sinyal berbahaya yang dikirimkan dan kemampuan kita terbatas guna menemukan solusi politik terhadap masalah senjata nuklir di Iran," kata McDermott.

AL JAZEERA | CHOIRUL

Baca juga:

Berselisih dengan Lulung, Ini Ideologi Ahok

Ahok Hadapi Preman, Prabowo Pasang Badan

Soal Ahok-Lulung, Jokowi: Jangan Dipanas-panasi

Penerobos Portal Busway Bukan Anak Jenderal

Ahok: Saya Enggak Pernah Musuhan dengan Lulung

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya