Seorang pemimpin Batalyon Ahbab Al-Mustafa, Abu al-Taib mengajarkan kepada sejumlah prajurit wanita di distrik Salaheddine Aleppo, Suriah, (24/6). REUTERS/Muzaffar Salman
Menurutnya, ini pertanda kian meruncingnya perbedaan antara kelompok Islam garis keras dengan moderat di tubuh angkatan besenjata oposisi Suriah.
Juru bicara FSA, Qaseem Saadeddine, mengatakan kepada kantor berita Reuters, Kamal Hamami, anggota Dewan Militer Agung FSA, yang juga dikenal dengan nama Abu Bassel al-Ladkani, dibunuh ketika ketika sedang bertemu dengan sejumlah anggota (pemberontak) dari negara Islam Irak dan Levant di kota pelabuhan Latakia.
"Negara Islam (Irak) menelpon saya seraya mengatakan bahwa mereka telah membunuh Abu Bassel dan mereka akan membunuh semua (anggota) Dewan Militer Agung," kata Saadeddine dari Suriah. "Dia menemuinya guna mendiskusikan rencana pertempuran berikutnya," imbuh Saadeddine.
FSA saat ini sedang mencoba membangun jaringan logistik dan memperkuat keberadaannya di luar Suriah setelah pemerintahan Amerika Serikat berjanji mengirimkan senjata ke kelompok ini (FSA) menyusul tuduhan terhadap pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia guna menghadapi pemberontak.