TEMPO.CO, LONDON – Ayah Edward Snowden mengutarakan kekhawatiran putranya dimanipulasi orang-orang WikiLeaks, di saat dia berusaha mencari suaka di Ekuador untuk menghindari tuduhan mata-mata jika kembali ke Amerika Serikat.
Lonnie Snowden mengatakan dika khawatir terhadap orang-orang di sekitar putranya, yang diperkirakan masih berada di wilayah transit Bandara Sheremetyevo, Moskow, Rusia.
“Menurut saya WikiLeaks, jika melihat sejarahnya, Anda tahu, fokus mereka bukan semata Konstitusi Amerika Serikat,” kata Lonnie dalam acara televise NBC Today. “Itu hanya merilis sebanyak mungkin informasi.”
Mantan pegawai CIA Edward Snowden kabur ke Hong Kong dari Hawaii bulan Mei, beberapa pekan sebelum surat kabar Guardian dan Washington Post mempublikasikan dokumen-dokumen yang dia bocorkan, yang mengungkapkan keberadaan program rahasia pengawasan oleh Badan Keamanan Nasional (NSA).
Meski putranya, yang pernah bekerja pada kontraktor NSA Booz Allen Hamilton, telah melanggar hukum Amerika Serikat, dia bukanlah pengkhianat.
“Pada saat ini, saya tidak merasa dia melakukan pengkhianatan. Dia jelas melanggar hukum Amerika, dalam kaitan merilis informasi rahasia,” katanya. “Jika ada orang yang ingin mengklasifikasikan dia sebagai pengkhianat, faktanya, dia mengkhianati pemerintahnya. Tapi saya tidak yakin dia mengkhianati rakyat Amerika Serikat.”
Lonnie mengatakan dia telah menulis surat kepada Jaksa Agung Eric Holder, yang menyatakan putranya akan pulang ke Amerika Serikat, jika Departemen Kehakiman berjanji tidak akan menahannya sebelum diadili atau memerintahkannya untuk bungkam.
Sementara itu, menurut Wall Street Journal, ada kekhawatiran di kalangan diplomatic bahwa pendiri WikiLeaks, Julian Assange, menjadi dalang terkait permintaan suaka Snowden ke Ekuador.
Assange masih berlindung di perwakilan negara Amerika Selatan itu di London, setahun setelah mencari suaka di sana terkait tuduhan penyerangan seksual di Swedia. Assange menyatkaan tuduhan itu adakag bagian dari konspirasi Amerika Serikat untuk mendakwa dan mengekstradisi karena pengungkapan WikiLeaks.
METRO UK | NATALIA SANTI
