Fokus CIA Akan Kembali ke Spionase

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 27 Mei 2013 21:49 WIB

indiatalkies.com

TEMPO.CO, Washington - Selama lebih dari tujuh tahun, Mike -pria ramping, perokok di markas Central Intelligence Agency (CIA) di Virginia- mengelola perang mematikan badan rahasia ini melalui pesawat tanpa awak (drone) bersenjata. Sebagai kepala Pusat Kontra-Terorisme CIA, Mike memiliki kekuasaan luar biasa melalui ratusan keputusan mengenai siapa yang boleh hidup dan mati di tangan drone.

Tetapi di bawah rencana baru yang digariskan oleh pemerintahan Barack Obama Kamis 23 Mei 2013 lalu, Kontraterorisme akan berhenti menjadi pusat operasi pembunuhan terhadap sejumlah target Amerika di Pakistan, Yaman, dan tempat-tempat lainnya. Direktur CIA John O. Brennan juga telah mengangkat Mike, perwira penyamaran yang nama lengkapnya dirahasiakan, untuk memimpin Dinas Operasi Klandestin CIA.

Ini dianggap sebagai tanda bahwa Brennan sedang mencoba untuk mengalihkan fokus CIA kembali ke tugas tradisionalnya sebagai mata-mata dan analis strategis. Sejumlah analis menyebut peralihan ini tak akan berlangsung mudah.

Tidak ada lembaga yang lebih banyak berubah dibanding CIA sejak serangan 11 September 2001. Lebih dari separuh pegawai yang bergabung CIA setelah tahun 2001, dan banyak di antara mereka menghabiskan tahun-tahun tugasnya secara khusus untuk memburu orang dan membunuhnya. Beberapa pejabat Amerika dan ahli luar berpendapat, bisa butuh waktu bertahun-tahun untuk agen mata-mata yang telah berkembang menjadi sebuah pasukan paramiliter untuk menyeimbangkan dengan tugasnya yang baru.

"Ada masalah besar budaya dan generasi yang dipertaruhkan di sini," kata Mark Lowenthal, mantan perwira senior CIA. "Banyak orang yang direkrut sejak 9/11 tak melakukan apa pun kecuali bekerja taktis selama 12 tahun terakhir. Secara intelektual sangat sulit untuk beralih dari pendekatan taktis untuk melihat hal-hal yang lebih strategis."

CIA memang tidak akan keluar dari urusan 'operasi pembunuhan" dalam waktu dekat. Meskipun Obama tidak secara khusus menyebutkan program drone CIA dalam sambutannya Kamis lalu, ia mengatakan bahwa Amerika akan terus melakukan operasi penyerangan di "medan perang Afghanistan", dan juga Pakistan. Serangan ini bisa berlangsung selama lebih dari satu setengah tahun, sampai akhir 2014, ketika pasukan Amerika keluar dari Afghanistan.

Pejabat pemerintahan Obama mengatakan pekan ini bahwa beberapa operasi drone akan dialihkan ke Pentagon, terutama di Yaman, di mana Komando Operasi Khusus Gabungan Pentagon sudah menjalankan program drone secara bersamaan. Di masa depan, semua operasi pesawat tak berawak CIA akan dialihkan ke Departemen Pertahanan. Dalam perencanaan Gedung Putih, Departemen Pertahanan akan mengambil kendali atas seluruh operasi drone dalam waktu kurang dari dua tahun ke depan.

Pejabat Amerika mengatakan bahwa salah satu tantangan terbesar yang dihadapi CIA adalah bagaimana menjadikan sebagian besar perwira kasusnya yang telah menghabiskan lebih dari satu dekade mencoba untuk memburu teroris di zona perang dan melatihnya untuk memata-matai di negara-negara seperti Rusia, Cina, dan target keras lainnya -lingkungan yang sulit di mana pemerintah terlalu ketat untuk ditembus dan banyak perwira CIA berada di bawah pengawasan terus menerus.

Mengintip di jalanan Moskow mungkin melibatkan bahaya fisik lebih sedikit daripada bekerja di Karachi, Pakistan, atau di Sana, Yaman. Tetapi berusaha untuk merekrut sumber-sumber Rusia dan mengecoh petugas intelijen Rusia membutuhkan keterampilan yang canggih, dan itu tidak selalu dipraktekkan agen CIA di Irak dan Afghanistan.

Dua pekan lalu, Rusia menahan Ryan Fogle yang oleh Moskow disebut sebagai perwira CIA. Fogle ditangkap Kontra-terorisme Dinas Rahasia Rusia (FSB), 13 Maret 2013, karena diduga mencoba merekrut agen kontraterorisme Rusia yang menangani kelompok militan di Dagestan untuk bekerja kepada Amerika Serikat.

Di luar urusan drone, CIA banyak diisi oleh agen terselubung yang masih muda dan banyak di antaranya baru bertugas pertama di luar negeri. Cara perwira CIA beroperasi di zona perang --banyak mengisi waktu dengan membungkuk di belakang dinding beton besar dan berkendara di kota-kota dengan kendaraan lapis baja-- seringkali seperti antitesis dari metode spionase yang digunakan di daerah non-tempur, di mana mata-mata harus berbaur dengan penduduk setempat.

Brennan, yang menghabiskan puluhan tahun di CIA sebagai seorang analis intelijen, juga menghadapi tantangan besar dalam memperluas celah kerja analisis CIA. Mantan Direktur CIA Michael V. Hayden mengatakan, "Harus ada pergeseran dalam penekanan."

Pada tahun 2011, saat revolusi populer menyebar melalui dunia Arab, pejabat Gedung Putih yang kritis terhadap analisis CIA dan mereka menilai itu sebagai kegagalan badan itu untuk mengikuti dinamika revolusi yang berubah dengan cepat. Selama sidang konfirmasi sebagai direktur baru CIA, Brennan membuat referensi terselubung terhadap kritik ini.

"Dengan miliaran dolar diinvestasikan dalam CIA selama dekade terakhir, ekspektasi pembuat kebijakan terhadap kemampuan CIA untuk mengantisipasi peristiwa geopolitik tinggi, "katanya dalam jawaban tertulis atas pertanyaan yang diajukan oleh Komite Intelijen Senat. "Peristiwa baru-baru di dunia Arab, bagaimanapun, menunjukkan bahwa CIA perlu meningkatkan kemampuan dan kinerjanya lebih jauh. "

New York Times | Abdul Manan

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya