Militer AS Dinilai Gagal Tangani Kekerasan Seksual

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Senin, 20 Mei 2013 07:22 WIB

Tentara Amerika. AP Photo/Evan Vucci

TEMPO.CO, Washington - Di bawah tekanan untuk melawan kekerasan seksual, angkatan bersenjata Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir meluncurkan program pendidikan tentang perilaku seksual yang tepat. Dalam pelatihan itu, selain teori, peserta juga mengikuti serangkaian pendidikan melalui metode seperti bermain peran dan permainan video.

Kini, pelatihan itu dianggap gagal mencegah apa atas yang disebut pekan lalu sebagai "krisis", setelah Pentagon melaporkan kenaikan 37 persen jumlah kasus kekerasan seksual di kalangan militer pada tahun 2012. Selain itu, militer menderita malu yang mendalam ketika personel yang bekerja untuk mencegah serangan seksual justru melakukan kejahatan seks bulan ini di sebuah area parkir.

Menteri Pertahanan Chuck Hagel menyatakan akan membahas masalah ini dengan semua komandan pasukan untuk memastikan pelatihan yang tepat. Juga akan dibahas tindakan bagi pelaku dan korban kekerasan seksual.

Selama lima tahun, militer AS meluncurkan kampanye anti-kekerasan seksual bertajuk "I am Strong". Ada 10 aturan yang harus dipenuhi seorang prajurit, yang dikenal sebagai "10 aturan tentang seks".

Semua anggota Angkatan Udara setiap tahun harus mengikuti satu jam tatap muka dengan topik serangan seksual. Semua layanan militer juga memiliki program untuk menghindari kekerasan seksual.

Namun hingga kini, pelatihan itu tak berefek, kata mantan personel militer Anu Bhagwati. Ia menyatakan, yang dibutuhkan saat ini adalah memperkuat sistem peradilan militer.

"Jalur pelatihan jelas bukan jalan keluar dalam persoalan ini," kata Bhagwati, yang kini menjadi direktur eksekutif Service Women's Action Network, yang mengkampanyekan isu-isu perempuan dalam angkatan bersenjata.

Dia mendesak militer untuk melakukan penuntutan kasus-kasus kekerasan seksual melalui jalur pengadilan, sehingga lebih mudah bagi para korban untuk mencari keadilan. "Pelatihan tidak secara signifikan yang menyebabkan perubahan perilaku," kata Bhagwati, yang membantu melaksanakan pelatihan pencegahan kekerasan seksual sebelum ia meninggalkan militer pada tahun 2004.

Jenderal Martin Dempsey, Kepala Staf Gabungan, mengatakan pekan lalu militer kehilangan kepercayaan dari anggota perempuan karena kekerasan seksual yang ia sebut sebagai "krisis." Namun menurutnya, mengubah budaya dalam angkatan bersenjata 1,4 juta orang merupakan tantangan besar.

REUTERS | TRIP B

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya