TEMPO.CO, Washington - Dinas Rahasia Amerika Serikat CIA (Central Intelligence Agency) menolak untuk memberikan informasi tentang apakah mereka tahu atau terlibat dalam plot untuk membunuh Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang meninggal akibat kanker, 5 Maret 2013. Soal ini disampaikan Partnership for Civil Justice Fund (PCJF), Kamis 11 April 2013.
Menggunakan Freedom of Information Act, PCJF mengajukan gugatan mengenai tuduhan baru-baru ini yang menyatakan bahwa dinas rahasia AS itu memiliki plot membunuh Chavez.
CIA mengeluarkan tanggapan resmi atas gugatan itu dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengkonfirmasi atau menyangkal ada atau tidaknya file berisi plot pembunuhan Chavez, seperti diminta PCJF.
Menurut hukum Amerika Serikat, organisasi mata-mata dilarang bersekongkol atau melakukan pembunuhan. Dalam gugatan hukum itu, PCJF mempertanyakan ada tidaknya upaya pemerintah AS untuk melemahkan Chavez, termasuk ikut terlibat dalam pembunuhan.
Bukan rahasia umum bahwa Washington terlibat dalam kampanye tahunan untuk mendiskreditkan Presiden Venezuela. Chavez juga mengecam pemerintah George W. Bush karena keterlibatannya dalam kudeta terhadapnya yang gagal, tahun 2002 lalu.
Carl Messineo, Direktur Hukum PCJF, mengatakan, pihaknya bersiap untuk mengambil tindakan hukum yang diperlukan menanggapi penolakan dari badan mata-mata itu.
Soal kematian Chavez, Pemerintah Venezuela secara resmi membuat tim penyelidikan. Dalam pernyataannya 11 Maret 2013, pejabat presiden Venezuela Nicholas Maduro mengatakan, komisi itu akan menyelidiki adanya kecurigaan bahwa Chavez diracun oleh musuh luar negerinya.
Menurut Maduro, pemerintah berjanji untuk melakukan investigasi serius dalam kasus ini. Sebab, dugaan pembunuhan dengan peracunan ini pertama kali disampaikan Chavez sendiri setelah ia didiagnosis mengidap kanker pada tahun 2011. Setelah sempat dirawat di Havana, Kuba, Chavez akhirnya meninggal di Caracas.
Prensa Latina | Abdul Manan
Berita terkait
Amerika Serikat Mengutuk Serangan Berdarah ke Parlemen Venezuela
6 Juli 2017
Pemerintah Venezuela harus secepatnya melindungi anggota parlemen dan memberikan pengobatan terhadap korban serangan yang mengalami luka-luka
Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube
5 Juli 2017
Polisi Venezuela yang buron setelah mencuri helikopter untuk melemparkan granat ke Mahkamah Agung mendadak muncul di YouTube.
Baca SelengkapnyaPilot Helikopter Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Diburu
29 Juni 2017
Pasukan khusus Venezuela memburu pilot helikopter Oscar Perez, 36 tahun, yang menyerang gedung Mahkamah Agung dengan granat.
Baca SelengkapnyaSiapa Pilot Penyerang Mahkamah Agung Venezuela?
28 Juni 2017
Polisi muda Venezuela muncul dalam rekaman video di Instagram menjelaskan alasan granat dilempar ke gedung Mahkmah Agung.
Baca SelengkapnyaKrisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung
28 Juni 2017
Helikopter milik polisi Venezuela dipakai untuk melemparkan 4 granat ke gedung Mahkamah Agung dan menembaki gedung Kementerian Dalam Negeri.
Baca SelengkapnyaDilanda Krisis, Venezuela Naikkan Gaji PNS dan Tentara
2 Mei 2017
Ini adalah kenaikan gaji ketiga di Venezuela sepanjang 2017 dan ke-15 kalinya sejak Maduro berkuasa pada 2013.
Baca SelengkapnyaPresiden Maduro Disebut Diktator, Venezuela Pilih Keluar dari OAS
28 April 2017
Venezuela segera keluar dari organisasi negara-negara Amerika atau OAS setelah Presiden Nicolas Maduro dijuluki diktator.
Baca SelengkapnyaMenakjubkan, Bayi Keluar Sendiri Saat Ibu Jalani Operasi Caesar
25 April 2017
Rekaman memperlihatkan cara bayi keluar dari perut si ibu tanpa bantuan tim medis saat operasi caesar berlangsung.
Baca SelengkapnyaTiga Tewas dalam Unjuk Rasa Terbesar di Venezuela
20 April 2017
Sedikitnya tiga orang tewas dalam unjuk rasa di Venezuela yang menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaKekurangan Obat, Presiden Venezuela Minta Bantuan PBB
25 Maret 2017
Federasi Farmasi Venezuela memperkirakan sekitar 85 persen obat tidak tersedia bagi warga Venezuela.
Baca Selengkapnya