Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak. (AP Photo/Yonhap, Do Kwang-hwan)
TEMPO.CO, Seoul – Setelah masa jabatannya berakhir, mantan Presiden Korea Selatan Lee Myung Bak berpamitan dengan seluruh staf dan kembali ke rumah pensiun pribadinya di Nonhyeon-dong, Distrik Gangnam.
Lee meninggalkan Istana Biru bersama istrinya, Kim Yoon-ok, dan berjabatan tangan dengan ratusan pejabat yang berjejer hingga ke gerbang, sebelum masuk ke dalam mobil yang membawa mereka menuju kediaman yang berjarak 20 menit dari Istana.
Di rumahnya, Lee disambut dengan teriakan keras para pendukungnya. Distrik Gangnam, yang terletak di selatan Seoul, telah mempersiapkan upacara penyambutan bagi Lee.
Lee, mantan Wali Kota Seoul, dilantik sebagai presiden pada 25 Februari 2008. Prestasi Lee, antara lain, kebangkitan dari krisis ekonomi global, yang terjadi di awal masa jabatannya, dan peningkatan kerja sama dan perdagangan internasional, termasuk ratifikasi perdagangan bebas dengan Eropa dan Amerika Serikat. Dia juga dikenang akan kebijakan yang kontroversial, seperti proyek restorasi empat sungai serta skandal suap yang melibatkan para ajudan dan keluarganya.
Di bawah Lee, Korea berhasil menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G-20 serta KTT Keamanan Nuklir. Korea Selatan juga menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa serta menjadi tuan rumah Global Climate Fund.
Lee juga mendedikasikan kepresidenannya untuk isu-isu lingkungan, termasuk pembentukan Institut Pertumbuhan Hijau Global (GGGI), inisiatif Korea, sebuah lembaga kajian untuk mempelajari pertumbuhan ekonomi yang ramah pada lingkungan serta rendah karbon.
Lee, 71 tahun, juga melakukan perundingan bilateral dengan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, yang menghadiri pelantikan Presiden Park Geun-Hye. Lee merupakan pemimpin Korea Selatan pertama yang mengunjungi Thailand dalam 31 tahun terakhir.