TEMPO.CO, Tel Aviv - Mengalami koma selama tujuh tahun, mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menunjukkan "aktivitas otak yang signifikan." Pria 84 tahun ini mengalami stroke 4 Januari 2006 dan tak sadarkan diri sejak hari itu. Ia diduga berada dalam keadaan vegetatif.
Tetapi pada hari Senin, tim ahli saraf terkejut menemukan otak Sharon tampaknya merespons ketika mereka menunjukkan padanya foto-foto keluarganya. Ia juga memberikan respons ketika mendengar suara anaknya.
Namun tim dokter tak segera memberikan pernyataan terkait hal ini.
Sharon dianggap sebagai salah satu komandan militer terbaik Israel sepanjang masa dan terlibat dengan hampir setiap konflik besar antara Israel dan negara-negara Arab. Dari tahun 1970-an hingga 1990-an, ia mendorong pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dia menjabat sebagai pemimpin puncak di Partai Likud selama 15 tahun dan menjadi perdana menteri dari tahun 2001 hingga 2006.
"Dua tragedi besar dalam sejarah politik modern Timur Tengah yang membuat Anda bertanya-tanya apakah Tuhan ingin perdamaian Timur Tengah atau tidak, adalah pembunuhan (Yitzhak) Rabin dan stroke yang menyerang (Ariel) Sharon," kata Bill Clinton pada tahun 2011.
Aktivitas otak Sharon bermula saat tim dokter mengujinya dengan gambar rumah acak dan rumahnya sendiri. Ketika gambar rumahnya ditunjukkan, daerah tertentu di otaknya "menyala". Hal yang sama terjadi ketika dokter meminta anaknya berbicara.
"Kami tahu bahwa ia masih dapat memproses gambar," kata Dr Alon Friedman dari Universitas Ben Gurion. "Ia bahkan bisa membedakan antara gambar wajah dan gambar rumah, foto-foto keluarganya hingga kata-kata yang diucapkan kepadanya oleh anaknya."
Dokter masih berusaha untuk memahami secara tepat tanda-tanda ini. "Tapi itu bukan berarti dia akan duduk besok dan mulai berbicara dengan keluarganya," kata pengamat Elizabeth Cohen.
Hal yang sama dikemukakan Ilan Shelef, kepala pencitraan medis di Soroka University Medical Center, yang meminta hasil penelitian itu tak diinterpretasikan terlalu berlebihan. "Apa yang kita tahu pasti adalah ada respons metabolik yang signifikan terhadap rangsangan," katanya.
Dia memperingatkan untuk tidak terlalu optimis. "Kita tahu bahwa ia berada dalam situasi yang sangat buruk selama bertahun-tahun," kata Shelef.
Setelah lama tenggelam oleh berita Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan sengkarut Timur Tengah, kisruh Palestina-Israel kini kembali menjadi pusat perhatian dunia. Setiap hari sejak 14 Juli, warga Palestina di Yerusalem Timur dan Tepi Barat berdemonstrasi menentang pemasangan detektor logam di pintu-pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa (Al-Haram Al-Syarif). Palestina memandangnya sebagai upaya Israel untuk mengontrol tempat suci tersebut.