TEMPO.CO, Lisbon - Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, menegaskan Amerika Serikat tak akan mengirimkan pasukannya ke Mali. Mereka berharap Prancis akan bisa menjaga stabilitas keamanan di negara Afrika Barat itu.
Panetta menyatakan hal itu dalam sebuah konferensi pers di Lisbon, bersama Menteri Pertahanan Portugis, Jose Aguiar Branco.
Dalam menghadapi situasi di Mali, kata Panetta, AS hanya menyiapkan asistensi intelijen bagi Prancis dalam memerangi ekstremis. Mereka juga belum berencana untuk mendaratkan pesawatnya di sana, termasuk jika pesawat itu dipinjam untuk mengangkut dukungan logistik. Ia menyatakan AS masih mempelajari bantuan apa yang bisa diberikan.
Komentar itu muncul setelah pasukan Prancis melakukan pengeboman sepanjang malam di sebuah kota kecil Mali, untuk mengusir ekstremis Islam yang merebut daerah itu, termasuk kamp militer strategis.
Sementara itu, iring-iringan 40 sampai 50 truk tentara Prancis memasuki Mali dari Pantai Gading. Banyak pihak menduga, Prancis akan memulai serangan darat. Pemberontak dikabarkan kian dekat ke Bamako, ibukota Mali.
Panetta menyatakan operasi militer penting, kendati ia menyatakan AS belum berniat mengirimkan pasukan. Dia menyatakan nafas Al Qaida dalah kelompok Maghreb, dikenal juga sebagai AQIM, dan kelompok afiliasi lainnya di Mali memang tak secara langsung mengancam AS, "Namun pada akhirnya tujuan mereka sama," katanya.
AP | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya