TEMPO.CO, Aleppo - Berada di negeri yang sedang dalam perang benar-benar sulit. Untuk mencari khobz, lembaran roti khas Suriah, tidaklah mudah. Selain jumlahnya terbatas, harganya juga mahal.
Abdul Rahman, 62 tahun, misalnya. Bersama dua cucunya yang masih berusia 1,5 dan 2,5 tahun, ia berjalan di Distrik Salaheddin, Aleppo, Suriah, untuk mendapatkan khobz. Ketika sampai di salah satu pos penjagaan pemberontak, kakek itu berhenti sejenak untuk beristirahat.
Ia kemudian berbincang dalam bahasa Arab dengan Abdul Nasar, penjaga pos itu. Abdul Nasar lalu memberinya setumpuk khobz. Abdul Rahman kemudian mengucapkan terima kasih. “Tak ada lagi pekerjaan dan uang,” kata bekas mekanik di perusahaan pemerintah ini.
Abdul Nasar mengaku tiap hari harus berjalan sekitar 300 meter untuk meminta makanan dari pemberontak, bergantian dengan anaknya yang hari itu tinggal di flat mereka.
Sejak perang meletus, harga khobz yang menjadi makanan pokok di Suriah, melonjak tajam dari 9 lira Siria menjadi 25 lira per kilogram atau sekitar Rp 3.500. Mungkin terlihat sedikit. Namun, bagi Abdul Rahman yang tak lagi memiliki duit, “Jumlah itu besar,” katanya.
Selain mahal, mendapatkan khobz tak terlalu mudah. Nyaris di semua toko roti di kawasan utara Suriah, seperti Azaz dan Aleppo, terjadi antrean di toko roti. Kadang mereka bisa antre lebih dari satu jam. Tentu saja antrean perempuan dengan laki-laki dipisahkan.
Abdul Nasar tak keberatan membagikan roti. Menurut dia, roti bagi pemberontak kerap berlebih sehingga dibagikan ke penduduk yang masih tinggal di kawasan itu.
Beberapa bulan terakhir, distrik ini bagai mati suri. Tak ada toko buka. Hampir semua penduduk mengungsi. “Kami tak bisa mengungsi karena cuma itu satu-satunya tempat kami bisa tinggal,” kata Abdul Rahman.
PRAMONO
Berita terpopuler lainnya:
Kim Jong Un Dinominasikan Jadi Pria Terseksi 2012
Foto Obama Gaya ''Alay'' Mendunia
Gadis Ini Biasa Tidur Selama 64 Hari
David Cameron Desak Israel Akhiri Serangan
Oposisi Suriah Angkat Duta Besar untuk Prancis
Jualan Bensin, Alternatif Pekerjaan Saat Perang Suriah
Berita terkait
CIIA: Bahrun Naim Tewas di Suriah, Juga Anaknya yang Kurang Gizi
12 Januari 2018
Direktur Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya sudah melakukan konfirmasi soal kematian Bahrun Naim.
Baca SelengkapnyaGadis Cilik Suriah yang Berkicau di Twitter Kunjungi Markas PBB
18 Oktober 2017
Bana Al Abed, gadis cilik yang mencuit pengalamannya sebagai penduduk Aleppo, Suriah saat dikepung pemberontak diundang ke markas PBB di New York.
Baca SelengkapnyaTujuh Relawan White Helmets Tewas Ditembak di Suriah
13 Agustus 2017
Belum jelas apakah serangan terhadap 7 relawan White Helmets dilakukan atas motif politik atau kriminal
Baca SelengkapnyaBeredar, Video Aparat Turki Siksa Pengungsi Suriah
31 Juli 2017
Beredar video penjaga perbatasan Turki menyiksa pengungsi Suriah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Menyerahkan Ambulans Bantuan untuk Suriah
28 Juli 2017
KBRI Suriah menyerahkan dua ambulans bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa dan MER-C kepada Palang Merah Suriah
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Bawah Tanah, Perlindungan Terakhir Paramedis Suriah
23 Juli 2017
Guna menghindari terjangan peluru dan bom dari dua pihak yang berperang di wilayah tersebut, petugas medis Suriah membangun rumah sakit bawah tanah
Baca SelengkapnyaKedutaan Rusia di Suriah Ditembaki dengan Artileri
17 Juli 2017
Media pemerintah Suriah meleporkan kedutaan Rusia di Damaskus mengalami penembakan dengan artileri yang menyebakan kerusakan materi.
Heboh, Pro Assad dan Oposisi Berkelahi Saat Siaran Langsung
15 Juli 2017
Perdebatan sengit terjadi antara Bilal Daqmaq, kritikus Assad, dan Ahmad Shlash, mantan anggota parlemen Suriah
Baca SelengkapnyaDokter di Suriah Keluhkan Bantuan Kemanusiaan Turun Drastis
14 Juni 2017
Sejumlah dokter warga Suriah mengungkapkan bantuan kemanusiaan ke Suriah turun drastis dalam dua bulan.
Baca SelengkapnyaHina Oposisi, Jurnalis Pendukung Assad Diusir dari Gedung PBB
18 Mei 2017
Delegasi oposisi di PBB mengajukan komplain atas sikap jurnalis Hajli termasuk perilakunya yang dianggap melanggar kode etik jurnalistik.
Baca Selengkapnya