TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memperingatkan pemuatan kartun Nabi Muhammad di Prancis dapat memicu gelombang anti-Barat. Namun, OKI meminta muslim dunia bisa menahan diri terhadap provokasi tersebut.
Sekretaris Jenderal OKI, Ekmeleddin Ihsanoglu, mengaku terkejut dan cemas atas penggambaran Nabi Muhammad dan memperingatkan mereka akan memperburuk situasi yang sudah muncul akibat peluncuran film anti-Islam (Innocence of Muslims).
Protes atas munculnya film tersebut telah mengakibatkan setidaknya 30 orang meninggal dalam sepekan terakhir, dengan kekerasan banyak ditujukan ke Amerika Serikat sebagai negeri tempat produksi film itu. Menteri Prancis takut fokus protes tersebut akan bergeser ke Paris setelah publikasi majalah satir mingguan di Prancis Charlie Hebdo.
“Minggun Prancis haarus membayar keprihatinan komunitas internasional terhadap hasutan dan intoleransi dari kepercayaan keagamaan,” kata Ihsanoglu, yang meminta pemimpin agama dan politik dunia bersatu melawan fanatisme dan radikalisme.
Dia mengatakan kini waktu bagi komunitas internasional untuk “serius memperhatikan implikasi bahaya dari bicara kebencian dan publikasi berisi hasutan yang bersembunyi di balik kebebasan berekspresi.”
Film anti-Islam dan kartun penggambaran Nabi Muhammad merupakan suatu penyalahgunaan yang disengaja, termotivasi dan sitematis atas kebebasan berbicara dan “menjadi bahaya yang jelas bagi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan itu serta dunia.” Dia menyerukan muslim dunia supaya “belajar menahan diri selama ujian ini.”
Perwakilan negara dan sekolah Prancis di 20 negara muslim akan tutup Jumat ini karena takut akan terkena dampak dari penayangan kartun dan film anti-Islam itu. Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Abdullah Al-Turki, menyerukan dunia dan organisasi internasional mengambil langkah hukum terhadap "pelecehan" Nabi itu.
Protes terhadap pemuatan kartun itu telah muncul di Iran. Puluhan siswa Iran memprotes publikasi karikatur Nabi Muhammad di depan kedutaan besar Prancis di Teheran. Mereka membawa tulisan "Death to France" dan "Down with the US" dan membakar bendera Amerika dan Israel dalam aksi yang berlangsung selama dua jam.
Di Paris, organisasi Syirian Freedom Association telah mengajukan gugatan terhadap publikasi kartun tersebut. Kasusnya pun saat ini sedang ditangani Pengadilan Prancis. Al-Jazeera melaporkan bahwa pengadilan sebagai tempat yang tepat apabila ada yang merasa dirugikan dengan penyangan tersebut. Di lain pihak, pemerintah Prancis telah melarang aksi demonstrasi yang direncanakan berlangsung Sabtu ini di Paris.
ARABNEWS | AL JAZEERA
Berita Terkait
Film Innocence of Muslims Diprotes di Medan
Innocence of Muslims Picu Benturan Peradaban
Dubes AS untuk Libya Masih Hidup Saat Dievakuasi
Polisi Bali Antisipasi Aksi Protes Film Anti Islam
''Innocence of Muslims Wujud Ketakutan Barat''
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya