Bashaer Othman berfoto dengan piagam penghargaan "The Worlds Youngest Mayor Award" dari World Peace Movement (WPM) di Pasaraya Blok M, Jakarta, Kamis (13/9). TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO , Jakarta - Bashaer Othman tidak menyianyiakan kesempatan saat dipercaya memimpin Kota Allar, Tulkarm, yang terletak di Tepi Barat Palestina.
Sebagai wali kota dadakan, ia sukses memimpin kota yang berpenduduk sekitar 8.000 jiwa itu selama dua bulan, dari 2 Juli hingga 2 September 2012.
Awalnya, banyak warga yang meragukan kiprah Bashaer sebagai wali kota. Tak hanya menyoal isu gender, tapi juga usianya yang saat itu masih 15 tahun. "Tapi sejalan waktu, sebagai perempuan dan anak remaja saya bisa lakukan tugas seperti itu," kata dia di Jakarta, Jumat 14 September 2012.
Bashaer benar-benar menjalankan peran sebagai wali kota. Kegiatannya sehari-hari sama persis dengan apa yang dilakukan wali kota yang sebenarnya, Sufian Shadid. Untungnya, Sufian selalu memantau kinerjanya, memberi bimbingan, dan sangat mendukung setiap langkahnya.
"Tidak ada satu pun batasan kerja sebagai wali kota. Hampir semua tugas wali kota saya kerjakan," kata pelajar kelas 1 SMA khusus putri Kota Allar ini.
Selama menjabat wali kota, ada tiga capaian besar yang dihasilkannya. Pertama, membangun pabrik yang memberikan lapangan pekerjaan bagi pemuda di kota itu. Kedua, membangun taman kota. "Ketiga, membangun sebuah sistem pertahanan sipil yang lebih aplikatif," ujar Bashaer.
Banyak pengalaman lucu yang ia alami. Menurut perempuan kelahiran 24 Agustus 1996 ini, hampir seluruh warga merasa semua masalah harus dilaporkan ke wali kota. Dan mereka ingin selesai pada saat itu juga.
"Bahkan ada yang mengajak saya ke kantor polisi untuk menyelesaikan masalah mereka," ujar Basher yang juga menjabat sebagai pemimpin organisasi Dewan Pemuda Kota Allar.
Karena aksinya ini, Bashaer Othman, tercatat sebagai wali kota termuda di dunia.
Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
18 September 2017
Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
Hamas menerima persyaratan damai yang ditawarkan kepala gerakan Fatah sekaligus Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengakhiri dua pemerintahan di Palestina.