Giliran Korea Selatan Gugat Jepang soal Jugun Ianfu

Reporter

Editor

Kamis, 16 Agustus 2012 05:51 WIB

Presiden Korea Selata Lee Myung-bak. REUTERS/Petar Kujundzic

TEMPO.CO , Seoul: Peringatan 67 tahun berakhirnya kolonialisme Jepang dalam Perang Dunia II kemarin diwarnai berbagai insiden yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan Asia Timur. Dari Korea Selatan, Presiden Lee Myung-bak mengingatkan Jepang untuk bertanggung jawab atas nasib para perempuan yang dijadikan budak seks tentara Jepang saat perang berlangsung.

“Perbudakan seks merupakan pelanggaran terhadap hak perempuan selama masa perang sekaligus pelanggaran terhadap hak asasi manusia secara universal. Kami mendesak pemerintah Jepang agar segera bertanggung jawab,” kata Myung-bak dalam pidato peringatan Hari Pembebasan—lepasnya Korea dari penjajahan Jepang sejak 1910 hingga 1945.

Data dari para sejarawan menunjukkan, sekitar 200 ribu perempuan dari Korea, Cina, Filipina, serta Indonesia dipaksa bekerja di rumah bordil Jepang saat Perang Dunia II. Jepang telah meminta maaf dalam kasus itu, tapi tidak pernah mengakui mendirikan rumah bordil untuk menghibur pasukannya.

Apalagi Jepang menganggap masalah perbudakan seks sudah selesai berdasarkan perjanjian 1965 ihwal pembukaan kembali hubungan diplomatik. Pada 1993, Tokyo mengeluarkan pernyataan mengenai masalah tersebut atas nama Ketua Sekretaris Kabinet. Dua tahun kemudian, Jepang memberikan kompensasi terhadap para korban.

Namun Korea Selatan menilai langkah tersebut belum cukup. Bahkan kunjungan kontroversial Myung-bak ke pulau sengketa Dokdo pada Jumat pekan lalu merupakan bentuk protes terhadap Jepang dalam kasus budak seks era Perang Dunia II.

“Jika memiliki kehendak baik, negara besar seperti Jepang dapat menyelesaikan isu budak seks,” ujar juru bicara Kantor Presiden Korea Selatan yang menyampaikan pesan Myung-bak, seperti dilansir Asahi Shimbun. “Tapi Jepang menunjukkan sikap negatifnya dalam beberapa hal yang berkaitan dengan isu domestik. Jadi saya memutuskan untuk bertindak,” ia menambahkan.

Insiden lain yang semakin meningkatkan ketegangan antara Jepang dan negara tetangga lainnya adalah kunjungan dua menteri Jepang, Jin Matsubara dan Yuichiro Hata, ke kuil kontroversial Yasukuni. Kuil ini didirikan untuk menghormati pahlawan perang Jepang, termasuk 14 penjahat perang pada era PD II.

Salah satunya adalah Jenderal Hideki Tojo, Perdana Menteri Jepang yang memerintahkan pengeboman kapal Pearl Harbor. Ia terbukti bersalah dan tewas digantung oleh pengadilan tribunal yang dipimpin Amerika Serikat.

Kunjungan ini, menurut Matsubara, dalam kapasitas pribadi. “Saya ingin mengenang para leluhur yang memberikan dasar bagi Jepang yang kini sejahtera,” ucapnya. Padahal Perdana Menteri Yoshihiko Noda telah melarang anggota kabinet mengunjungi kuil tersebut.

Dalam peringatan di Tokyo, Noda bahkan secara khusus menyatakan penyesalan atas imperialisme Jepang di masa lalu yang menyebabkan penderitaan bagi negara lain, terutama di Asia. “Kami menyatakan belasungkawa sedalam-dalamnya bagi korban dan keluarganya. Kami tak akan pernah berperang lagi,” Noda menegaskan.

ASIAONE | CHANNEL NEWS ASIA | REUTERS | ASAHI SHIMBUN | SITA PLANASARI AQUADINI

Berita lain:

Nasib Penggalian Bunker di Bawah Kantor Jokowi

Sepupu Kate Middleton Tampil Telanjang di Playboy

SBY Akhirnya Buka Suara Soal Century

Ketua KPK: Silakan Sadap Telepon Kami

Kuasa Hukum Polri Nilai UU KPK Lemah

Berita terkait

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

27 Juli 2019

Warga Korea Selatan Kompak Gelar Boikot Produk Jepang

Gerakan boikot produk Jepang di Korea Selatan semakin intensif dan diwarnai aksi vandalisme dengan merusak mobil-mobil buatan Jepang

Baca Selengkapnya

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

31 Juli 2018

Pemerintah Korea Selatan Kurangi Masa Tugas Wajib Militer

Pemerintah Korea Selatan kurangi masa tugas wajib militer

Baca Selengkapnya

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

Rudal Taurus Korea Selatan Diklaim Ideal Hadapi Korea Utara

Rudal Taurus milik Angkatan Udara Korea Selatan ini dilengkapi dengan sistem antijam alias tidak bisa dibuat macet,

Baca Selengkapnya

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

12 Oktober 2017

5 Kecanggihan F-15K, Andalan Korea Selatan Hadapi Korea Utara

Korea Selatan ikut mengirimkan pesawat tempur F-15K, andalannya dalam iringan pesawat pengebom kelas berat milik Amerika yaitu B-1B Lancer kemarin.

Baca Selengkapnya

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

10 Oktober 2017

Remaja Korea Selatan Tak Yakin Pecah Perang, Pilih Nikmati K-Pop

Para remaja Korea Selatan menikmati hidup seperti biasa, berjoget, berkumpul dan menikmati band K-Pop favoritnya karena tidak yakin perang terjadi.

Baca Selengkapnya

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

27 September 2017

Khawatir Perang Pecah, Warga Korea Selatan Borong WarBag

Warga Korea Selatan memborong ransel untuk bertahan hidup saat perang atau WarBag menyusul meningkatnya ancaman perang nuklir di Semenanjung Korea.

Baca Selengkapnya

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

22 September 2017

Ini Cara Warga Korea Selatan Hindari Ketakutan Nuklir Korea Utara

You Jae Youn mengaku lebih banyak memikirkan pemenuhan kebutuhannya sehari-hari dibandingkan ancaman nuklir Korea Utara.

Baca Selengkapnya

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

9 September 2017

58 Persen Warga Korsel Tidak Yakin Korut Akan memulai Perang  

Rakyat Korea Selatan meminta pemerintah meningkatkan kemampuan teknologi pertahanan untuk menghadapi Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

3 September 2017

Terlalu Sering Main Golf, Penis Pria Ini Dipotong Sang Istri

Seorang istri memotong penis suaminya di Korea Selatan karena sang suami terlalu sering bermain golf.

Baca Selengkapnya

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

31 Agustus 2017

Pasukan Khusus Korea Selatan Dilatih Bunuh Kim Jong-un  

Korea Selatan tengah melatih pasukan khusus untuk melacak dan membunuh pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Baca Selengkapnya