TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) didesak untuk membahas nasib warga Rohingya di Provinsi Ranikhe, utara Myanmar. Desakan itu datang dari Tunisia menjelang KTT, yang rencananya dihadiri para kepala negara dan pemerintahan negara Islam yang akan diselenggarakan di Jeddah, Arab Saudi, pada 14-15 Agustus mendatang.
Permintaan Tunisia sudah disampaikan resmi pada Jumat, 27 Juli 2012 lalu, di Jenewa, Swiss, pada komunike perwakilan tetap OKI di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Permintaan ini, menurut keterangan pers Kementerian Luar Negeri Tunisia, mendapat dukungan dari berbagai negara Islam dan Arab, seperti Mesir, Maroko, Libya, Iran, dan Sudan.
"Tunisia menyuarakan keprihatinan mendalam atas ketegangan yang terjadi di Myanmar serta mengutuk kekerasan terhadap minoritas muslim di sana," demikian isi pernyataan tersebut.
Tunisia juga mendesak komunitas internasional untuk bertindak dan mencari solusi demi menyelesaikan kekerasan yang terus terjadi pada kaum minoritas muslim Rohingya. Walau minoritas, Tunisia yakin, etnis ini tetap memiliki hak atas keamanan, stabilitas, dan kerukunan di negaranya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebelumnya menegaskan bahwa warga etnis Rohingya mengalami tindak kekerasan dan kejahatan kemanusiaan terburuk di dunia. Dewan HAM PBB menyatakan, setidaknya 78 orang dilaporkan tewas sejak kerusuhan pecah pada Mei lalu. Seribu dua ratus orang dinyatakan hilang dan 80 ribu mengungsi di sekitar Kota Sittwe dan Maungdaw.
Pemerintah Presiden Thein Sein menolak mengakui warga etnis Rohingya yang dianggap sebagai imigran ilegal. Diperkirakan, 800 ribu warga Rohingya tinggal di Provinsi Rakhine, Myanmar, dan setidaknya 200 ribu lebih hidup di Bangladesh. Mereka tidak diakui kedua negara itu.
TAP | ARYANI KRISTANTI
Berita Terpopuler:
30 Persen Mahasiswa ITB dari Keluarga Kaya Raya
Dahlan Iskan Disindir Komnas HAM: Bisanya Urus Tol
Kristen Stewart: Dari Malu-malu ke Perselingkuhan
Runtuhnya ‘Tembok Tabu’ Olimpiade
NasDem Pede Kalahkan Demokrat di Pemilu 2014
AC Milan Permalukan Chelsea
Berpuasa di Kutub Utara
Demi Politik, Shevchenko Gantung Sepatu
Ahok Diserang Akun @cinta8168
Indonesia Didesak Selesaikan Masalah Rohingya
Berita terkait
Ular Piton Betina Terbesar Ditemukan di Florida Amerika
9 April 2019
Ular piton betina ini memiliki panjang lebih dari lima meter dengan bobot lebih dari 63 kilogram di temukan di Florida, Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaHentikan Ujaran Kebencian, Facebook Hapus Fitur Bahasa Burma
8 September 2018
Facebook menghapus fitur terjemahan bahasa Burma untuk mengatasi ujaran kebencian terhadap suku Rohingya di Myanmar
Baca Selengkapnya16 Koran Non-Pemerintah Akan Beredar di Burma
2 April 2013
Pada 1964, sejumlah media massa swasta, berbahasa Inggris atau lokal, ditutup paksa oleh militer.
Baca SelengkapnyaPMI-OKI Gagas Bantuan untuk Rohingya
3 Desember 2012
Menurut Kalla, bantuan PMI-OKI untuk warga Rohingya bisa bermacam-macam sesuai kebutuhan.
Baca SelengkapnyaSinggah ke Amerika, Suu Kyi Ceramah di Universitas
17 September 2012
Aung San Suu Kyi akan jadi pembicara di Universitas Yale dan Louisville. Kunjungannya ke Amerika untuk menjelaskan kondisi politik Burma.
Baca SelengkapnyaEra Sensor Media di Burma Berakhir
20 Agustus 2012
Pemerintah Myanmar menghapus penyensoran atas media. Apa komentar pekerja media?
Baca SelengkapnyaBantu Rohingya, PMI Berangkat ke Myanmar
18 Agustus 2012
PMI juga akan mengajak palang merah dari negara-negara Islam ke Myanmar.
Baca SelengkapnyaMenlu: Indonesia Punya Pengalaman Soal Rohingya
18 Agustus 2012
Indonesia memahami kesulitan Myanmar menyelesaikan konflik Rohingya.
Baca SelengkapnyaAsean Siap Bantu Myanmar Soal Rohingya
18 Agustus 2012
Selama ini, warga Rohingya yang minoritas memang kerap jadi korban perlakuan diskriminatif.
Baca SelengkapnyaPartai Suu Kyi Boikot Pembukaan Sidang Parlemen
23 April 2012
Penyebabnya, tuntutan mengganti istilah "pengawal konstitusi" dalam sumpah anggota parlemen menjadi "hormat kepada konstitusi" tidak disetujui.
Baca Selengkapnya