TEMPO.CO, Washington - Anggiat Mora Situmorang bersama istrinya, Rita Yolanda Paulina Situmeang, dan anaknya, Prodeo et Patria, 15 tahun, ikut menjadi korban penembakan “The Joker” saat pemutaran perdana film The Dark Knight Rises di bioskop The Century 16, Aurora, Denver, Colorado, pada Jumat, 20 Juli 2012 lalu.
Bagaimana perasaan Anggiat setelah peristiwa tersebut? Untuk mengetahuinya, Tempo melakukan wawancara dengan Anggiat, pria berusia 45 tahun ini, sehari setelah peristiwa tersebut:
Apa pekerjaan Anda sehari-hari?
Saya bekerja sebagai certified nursing assistant (CNA), asisten perawat yang bersertifikat, di sebuah rumah perawatan untuk orang jompo di sini. Istri saya bekerja di tempat yang sama, cuma dia di bagian food processing.
Sejak kapan Anda tinggal di Amerika Serikat?
Sejak 1999. Cuma saya sebetulnya sudah merantau sejak 1990. Kami sekeluarga tinggal di Denver, Colorado. Kami semua masih berstatus green card (penduduk tetap).
Apakah dengan peristiwa ini ada rasa takut untuk tetap tinggal di Amerika?
Oo, kalau itu enggak mungkinlah. Enggak mungkin. Kami itu datang ke sini karena melihat Amerika itu negeri madu dan susu lho. Jadi, tidak mungkin kami tinggalkan Amerika karena ada peristiwa ini atau tidak ada keamanan atau situasi tidak berubah. Pasti akan ada tindak lanjutnya, pasti akan ada perbaikan-perbaikan atas kejadian seperti ini. Itu pasti tidak akan mungkin dibiarkan begitu saja. Inilah Amerika. Sistem keamanan di dalam bioskop pasti akan diperbaiki.
Bagaimana Anda melihat tersangka pelaku penembakan ini yang bernama Holmes (James Eagan Holmes) ini? Misalnya, apa dia pantas dihukum mati misalnya?
Oh enggak. Saya tetap berpikir positif ya. Ada faktor sebab dan akibat dari segala sesuatunya. Kalau sudah terjadi, ya kita serahkan saja semua pada Tuhan. Sudah kejadian, sudah begini. Mau dibilang musibah, ya memang kita tidak bisa elakkan. Untuk tersangka pelaku penembakan ini, kami yakin, akan diproses hukum dengan adil dan akan terlihat nanti sebab dan akibatnya.
Katanya tadi mata kiri Anda sudah ditangani serius dengan tindakan medis hari ini?
Sebenarnya kami, kan, sudah dari dua rumah sakit. Jadi, semula kami dibawa ke rumah sakit di Colorado University. Tetapi karena istri saya Rita mengalami masalah di tulang kakinya, kami dipindahkan ke Denver, Colorado, karena rumah sakit yang kami tinggal sekarang ini khusus untuk pengobatan bedah tulang. Putra kami, Prodeo, masih tetap tinggal di rumah sakit Colorado University.
Jadi saya waktu di sana, mata saya sudah di X-Ray dan dinyatakan tidak ada apa-apa dengan mata saya. Tetapi setelah saya ikut istri saya, menemai dia ke Medical Center Hospital di sini (Denver, Colorado), saya merasakan mata saya terasa ada yang menyangkut di dalam. Kok, mata saya ini terasa enggak karuan, makin sakit dan makin sakit. Saya kemudian minta tolong social worker di sini, kalau bisa, diperiksa di rumah sakit Medical Center ini, jangan ditunggu lagi file status saya di Rumah Sakit Colorado University. Mata kanan saya, sih, tidak apa-apa.
Kemudian, permohonan saya disetujui dan saya diperiksa ulang lagi mata kiri saya ini di sini. Memang ada ditemukan serpihan-serpihan di dalam bagian dinding luar bola mata kiri saya. Setelah diperiksa ke dokter ahli mata di sini, ditemukan tujuh serpihan. Dari tujuh serpihan itu, dicoba diambil dan hanya empat serpihan yang sudah berhasil diambil. Rencananya, Senin, 23 Juli (hari ini waktu Indonesia), tiga serpihan sisanya akan diambil. Ada nama khusus tindakan ini, tapi saya lupa.
Mengenai pembiayaan pembayaran rumah sakit, apa ada kesulitan?
Aduh kalau mengenai itu, Konjen (Konsulat Jenderal RI di Los Angeles) pun datang tadi tidak ada pembicaraan sampai ke sana ya. Jadi kami akan ikuti apa adanya, berobat dulu. Tidak ada yang harus dikhawatirkan untuk itu di Amerika.
Apakah setelah kejadian ini ada rasa takut untuk menonton film di bioskop seperti yang dinyatakan istri Anda, Rita, kepada saya sebelumnya?
Ya, kalau untuk menonton bioskop, untuk jangka waktu tertentu ya mungkin belum mau ke sana. Saya yakin trauma itu ada pada kami. Gangguan fisik dan mental masih ada, terasa betul ada pada kami.
VICTORIA SIDJABAT (Washington DC)
Berita Terkait:
Korban Teror Batman Masih Lemah
''Penembak Batman'' Diduga Sudah Rencanakan Aksinya
Debat Kepemilikan Senjata Muncul Lagi
Obama Kunjungi Keluarga Korban di Colorado
Batman Batal Tayang Perdana di Paris, Fans Kecewa
Korban ''The Joker'': Izin Punya Senjata Dibatasi
Sembilan Penembakan Paling Brutal di Amerika
''Penembak Batman'' Mirip dengan Aktor Heath Ledger
Data Korban Teror Batman di Indonesia, Belum Ada
WNI Korban Penembakan Batman Dioperasi
Debat Kepemilikan Senjata Muncul Lagi