Jasad Arafat Akan Diotopsi

Reporter

Editor

Jumat, 6 Juli 2012 05:50 WIB

Poster mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat. REUTERS/Abed Omar Qusini

TEMPO.CO , Ramallah: "Kami telah meminta penyelidikan ini selama delapan tahun,” kata Suha Arafat, janda mendiang pemimpin Palestina, Yasser Arafat, dengan mata berkaca-kaca. Dalam wawancara dengan stasiun televisi Al-Jazeera yang ditayangkan Rabu lalu, Suha berharap misteri kematian Arafat sebenarnya segera dipecahkan. "Saya ingin kebenaran pembunuhan Arafat,” kata wanita 48 tahun itu.

Mohammed Yasser Abdel Rahman Abdel Raouf Arafat al-Qudwa al-Husseini, nama lengkap Arafat, meninggal dalam usia 75 tahun pada 11 November 2004 di rumah sakit militer Prancis Percy, di Clamart, Paris. Tak ada keterangan resmi mengenai penyebab kematian Arafat pada saat itu.

Para dokter yang merawat Arafat selama dua pekan, dengan alasan kode etik, juga enggan memberikan penjelasan mengenai penyakitnya. Dalam laporan setebal 558 halaman, disebutkan Arafat mengalami stroke berat dan tidak disebut-sebut mengenai adanya racun.

Namun, Rabu lalu, lembaga penelitian Institute de Radiophysique di Lausanne, Swiss, mengumumkan hasil temuan zat radio aktif polonium-201 yang "sangat tinggi" pada barang-barang milik Arafat yang diserahkan Suha. Penelitian lembaga ini merupakan bagian dari investigasi yang dilakukan Al-Jazeera selama sembilan bulan.

Kabar ini mendadak sontak mengentalkan tudingan bahwa Israel adalah dalang di balik kematian Arafat. Pemerintah Otonomi Palestina memberikan persetujuan penggalian jasad Arafat dari mausoleum batu gampingnya di Kota Ramallah, Tepi Barat, untuk diotopsi. Presiden Mahmud Abbas mengimbau dunia internasional untuk melakukan investigasi.

Saeb Erekat, anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina, organisasi yang dipimpin Arafat selama 35 tahun, menyatakan otopsi akan segera dilakukan setelah semua persyaratan dan persetujuan keluarga dipenuhi. “Jika Anda bertanya kepada saya, tidak lebih dari dua hari,” tuturnya kepada Reuters.

Israel membantah terlibat dalam kematian Arafat. Dov Weisglass, kepala staf Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel kala itu, mengatakan pemerintah Israel tak pernah berpikir untuk membunuh Arafat. Menurut dia, Sharon menentang ide tersebut karena ia khawatir pembunuhan Arafat justru akan meningkatkan ketegangan.

Adapun juru bicara kementerian luar negeri Israel, Yigal Palmor, malah menanggapi spekulasi ini dengan sinis. "Membuat teori konspirasi yang didasarkan pada bukti palsu adalah sangat menggelikan, sehingga itu menguntungkan saluran komedi dan bukan saluran berita," katanya seperti dilansir News.com.au, kemarin.

“Kematian Arafat bukanlah misteri. Dia dirawat di Prancis, di sebuah rumah sakit Prancis, oleh dokter Prancis, dan mereka memiliki semua informasi medis,” kata Palmor.

REUTERS | BBC | AL-JAZEERA | CBSNEWS | RAJU FEBRIAN

Berita lain
Polisi Australia Buru ''Bandit Montok''

Penyelidik Mulai Buru Sarkozy

RI Jajaki Buka Kantor Konsulat di Palestina

Myanmar Kembali Bebaskan Tahanan Politik

Berita terkait

Joe Biden Dukung Solusi Dua Negara untuk Perdamaian Palestina-Israel

27 Januari 2021

Joe Biden Dukung Solusi Dua Negara untuk Perdamaian Palestina-Israel

Pemerintahan Joe Biden juga akan membuka dua kantor perwakilan diplomatik Palestina di Washington dan Yerusalem setelah ditutup Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Yerusalem, Palestina Tarik Dubesnya dari Amerika

1 Januari 2018

Gara-gara Yerusalem, Palestina Tarik Dubesnya dari Amerika

Palestina menarik Husam Zomlot, dubes untuk Amerika Serikat menyusul keputusan kontroversial Washington soal Yerusalem sebagai ibu kota Israel

Baca Selengkapnya

Mesir Sambut Rekonsiliasi Hamas-Fatah di Palestina

18 September 2017

Mesir Sambut Rekonsiliasi Hamas-Fatah di Palestina

Mesir sambut rekonsiliasi Hamas dan Fatah untuk membangun persatuan Palestina.

Baca Selengkapnya

Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan  

18 September 2017

Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan  

Hamas menerima persyaratan damai yang ditawarkan kepala gerakan Fatah sekaligus Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengakhiri dua pemerintahan di Palestina.

Baca Selengkapnya

Israel Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat

4 September 2017

Israel Tembak Mati Pemuda Palestina di Tepi Barat

Warga lainnya di kamp pengungsi, Aziz Arafeh, juga mengalami luka tembak di bagian lengan.

Baca Selengkapnya

Israel Bangun Pemukiman di Palestina, PBB: Hambat Solusi 2 Negara

30 Agustus 2017

Israel Bangun Pemukiman di Palestina, PBB: Hambat Solusi 2 Negara

PBB mengatakan Israel bangun pemukiman di Palestina menjadi hambatan utama mencapai solusi dua negara dan proses perdamaian dengan Palestina.

Baca Selengkapnya

Forum OKI, Menlu: Umat Islam Harus Bersatu Bantu Palestina  

2 Agustus 2017

Forum OKI, Menlu: Umat Islam Harus Bersatu Bantu Palestina  

mengusulan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) memberikan perlindungan internasional terhadap Masjid Al-Aqsa sebagai kompleks suci tiga agama.

Baca Selengkapnya

Masjid Al Aqsa, PKB Gelar Halaqoh Cari Solusi Konflik Palestina  

29 Juli 2017

Masjid Al Aqsa, PKB Gelar Halaqoh Cari Solusi Konflik Palestina  

DPP PKB menggelar halaqoh ulama rakyat di Ponpes Al-Mizan Majalengka Jawa Barat mencari solusi konflik di Masjid Al Aqsa antara Palestina-Israel.

Baca Selengkapnya

Din Berharap RI Dorong Sidang Darurat untuk Palestina  

28 Juli 2017

Din Berharap RI Dorong Sidang Darurat untuk Palestina  

Din menilai pemerintah mampu mengerahkan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam dengan mengusulkan sidang darurat.

Baca Selengkapnya

Presiden Palestina Mahmoud Abbas Bekukan Hubungan dengan Israel

22 Juli 2017

Presiden Palestina Mahmoud Abbas Bekukan Hubungan dengan Israel

Presiden Palestina Mahmoud Abbas membekukan sementara hubungan dengan Israel sebagai protes atas peraturan keamanan Masjid Al-Aqsa yang baru.

Baca Selengkapnya