TEMPO.CO, Washington - Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) berhasil menggulung jaringan prostitusi yang memangsa anak-anak. Selama tiga hari, agen FBI dengan para pejabat polisi negara bagian dan lokal berhasil menyelamatkan 79 anak di bawah umur dan menangkap 104 mucikari.
Pejabat FBI, Kevin Perkins, menyatakan, dalam operasi bersandi Operation Cross Country, terungkap bahwa prostitusi anak telah berkembang dari kejahatan lokal menjadi masalah nasional. Mereka didominasi oleh kelompok kejahatan terorganisasi "dengan strategi bisnis" yang merekrut anak-anak dari media sosial, layanan chatting di Internet, dan SMS.
Yang mengejutkan, kata Perkins, adalah usia bocah yang dilacurkan masih sangat muda. "Mereka rata-rata berusia antara 11 sampai 13 tahun dan tertarik dengan iming-iming berupa ponsel dan hadiah lainnya, termasuk tawaran makanan dan tempat tinggal," katanya.
Anak-anak yang terjebak menemukan bahwa tidak ada jalan keluar setelah masuk lingkaran ini. "Sama seperti jenis sandera, mereka ditahan di luar kehendak mereka," kata Perkins.
Ernie Allen, Presiden Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Dieksploitasi, yang bergabung dengan FBI, mengatakan masyarakat banyak yang menutup mata terhadap pelacuran anak. Tapi Allen mengatakan pengerahan 2.500 petugas di 57 kota dalam operasi ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat berubah. "Ini bukan hanya masalah di sisi lain dunia. Hal ini terjadi di kota-kota di Amerika Serikat," katanya.
CBS NEWS | TRIP B
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya