TEMPO.CO , Wellington - Polisi mengerebek mansion milik Kim Dotcom, salah seorang pendiri situs file-sharing, www.megaupload.com, yang ditutup pada Jumat 20 Januari 2012. Pengerebekan di Auckland, Selandia Baru, itu dilakukan secara dramatis, tak ubahnya film thriller Hollywood.
Saat ditangkap, Kim Dotcom alias Kim Schmitz alias Kim Tim Jim Vestor baru selesai merayakan ulang tahunnya di rumahnya, di utara Auckland, Selandia Baru. Terletak di perbukitan sebelah barat laut Ibu Kota Selandia Baru, rumah pria berusia 38 tahun ini berada di kawasan mewah. Lengkap dengan kolam renang, lapangan tenis, garasi untuk belasan mobil, lapangan golf, juga pengamanan superketat.
Karena itu butuh kerja keras bagi puluhan polisi Selandia Baru untuk menangkapnya. Polisi terpaksa memakai helikopter setelah aparat mencoba datang dengan baik-baik. Operasi penyerbuan itu juga kudu kerja keras karena Kim telah memasang barikade pengamanan rumah dengan sistem pengamanan elektronik.
Ketika sistem pengamanan bisa dibobol, polisi masih harus menghadapi bos Megaupload itu, membentengi diri dengan dengan senjata api. "Dotcom mengaktifkan sistem penguncian elektronik," kata Inspektur Grant Wormald dari Divisi Kejahatan Pencucian Uang Selandia Baru kepada Reuters, Sabtu 21 Januari 2012. "Ia juga membawa senjata api."
Selain Kim Dotcom, tiga lainnya yakni Fin Batato, Mathias Ortman, 40 tahun, dan Bram van der Kolk Bramos, 29 tahun, warga Belanda, juga ditangkap. Ketiganya merupakan petinggi Megaupload. Keempatnya akan diekstradisi dan dibawa ke Amerika Serikat. Pemeriksaan dan sidang perdana akan digelar Senin 23 Januari 2012.
Dotcom yang menjabat sebagai CEO Megaupload ditangkap atas tuduhan memfasilitasi praktek pembajakan dan pencurian hak cipta. Berkewarganegaraan ganda, yaitu Finlandia dan Jerman, Dotcom alias Kim Schmitz atau Kim Tim Jim Vestor memilih Hong Kong sebagai kantor pusat Megaupload Ltd. Ia sendiri tinggal di utara Auckland, Selandia Baru.
Dari Hong Kong, Megauplod Ltd, pengelola situs megaupload.com, dituding menyimpan dan berbagi dokumen berukuran besar, seperti video, film, atau musik. Situs ini dituduh melanggar hak cipta dan perusahaan pembuat situs ini dituding melakukan pencucian uang dan pemerasan. Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengatakan laman itu bahkan telah meraup keuntungan hingga US$ 175 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun dan membuat para pemegang hak cipta merugi US$ 500 juta.
Meski berkantor pusat di Hong Kong, Departemen Kehakiman AS menduga Kim Dotcom cs memanfaatkan jaringan server yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di negara bagian Virginia AS. Inilah yang jadi dasar mengapa FBI bergerak. Kepolisian Selandia baru sendiri dikontak FBI pada awal 2012.
Situs Megaupload sendiri ditutup hanya sehari ketika gelombang protes antipembajakan berlangsung di Internet. Sejumlah laman seperti Wikipedia, Google, dan Reddit menggelar protes blackout terhadap rancangan undang-undang antipembajakan itu. Departemen Kehakiman Amerika Serikat menegaskan penutupan Megaupload sama sekali tak ada hubungannya dengan proses pembahasan RUU SOPA dan PIPA itu.
Sekelompok aktivitas peretas di Internet yang memprotes aksi penutupan juga mulai menyerang beberapa laman resmi milik lembaga pemerintah Amerika Serikat sebagai aksi balas dendam. Laman Biro Investigasi Federal AS (www.fbi.gov), Departemen Kehakiman AS (www.justice.gov), perusahan rekaman Universal Music (www.universalmusic.com), Asosiasi Film Amerika (www.mpaa.org), dan Asosiasi Industri Rekaman Amerika (www.riaa.com) dikabarkan diserang para peretas, sehingga tak bisa diakses.
WDA | SATWIKA | REUTERS | AP
Berita Terkait
Eks Pengacara Clinton Jadi Pembela CEO Megaupload
Berapa Kekayaan CEO Megaupload yang Disita?
Hacker Anonymous Sikat Situs Pemerintah
Peretas Serang Balik Amerika Serikat
SOPA-PIPA, FBI Memburu Petinggi Megaupload
Berita terkait
Strategi Lintasarta Dukung Dunia Bisnis
22 Februari 2021
Di 2021, Lintasarta tetap berkomitmen memberikan layanan terbaik untuk berbagai sektor industri.
Baca SelengkapnyaSempat Diretas, Ditjen Pajak Targetkan Situsnya Pulih Hari Ini
11 Juni 2018
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan menargetkan pemulihan situsnya yang sempat diretas rampung pada hari ini.
Baca SelengkapnyaKominfo Blokir 34 Situs Berunsur Radikalisme Selama April 2018
31 Mei 2018
Kominfo berupaya meminimalkan aksi teror dengan memblokir konten radikalisme.
Baca SelengkapnyaPangsa Pasar Besar, Situs Perbandingan Harga Priceprice.com Diluncurkan
24 Januari 2018
Situs perbandingan harga Priceprice.com diluncurkan di Indonesia. Priceprice.com untuk memudahkan pengguna membandingkan harga barang.
Baca SelengkapnyaSitus Om Senang Mirip Nikahsirri.com Hebohkan Belgia
27 September 2017
Pihak berwenang Belgia akan mengambil sikap tegas terhadap peredaran situs yang diduga menawarkan pelacuran terselubung.
Baca SelengkapnyaGoogle Chrome Bakal Memungkinkan Pengguna Membisukan Situs Web
27 Agustus 2017
Google menguji opsi baru yang memungkinkan pengguna membisukan situs web secara permanen di dalam browser Chrome.
Baca SelengkapnyaIngin Sukses Cari Uang Lewat YouTube? Ada Kiatnya...
10 Agustus 2017
Salah satu cara yang dipilih generasi Millennial untuk mengekspresikan diri adalah mengunggah materi ke YouTube, tapi kenapa tak semua sukses?
Baca SelengkapnyaBagaimana Menyusun Kata Sandi yang Anti Pembobolan?
10 Agustus 2017
Bill Burr, pernah merilis sebuah buku (pedoman) di tahun 2003 lalu berisi kata sandi yang tidak dapat diretas, masih manjurkah?
Baca SelengkapnyaGoogle, Facebook, Spotify Akan Ikut Aksi Dukung Net Neutrality
12 Juli 2017
Perusahaan-perusahaan, seperti Google, Facebook, Spotify, Jumat lalu mengumumkan akan berpartisipasi dalam aksi 12 Juli untuk mendukung net neutrality
Baca SelengkapnyaIngin Vlog Anda Sekondang Kaesang? Hindari Lima Hal Berikut Ini
7 Juli 2017
Vlogging menjadi fenomena tersendiri saat ini. Banyak netizen, dari yang belum tekrenal sampai yang kondang macam Kaesang, meramaikan dunia vlog.
Baca Selengkapnya