Anggaran Dipotong, Jutaan Tentara Amerika Nganggur  

Reporter

Editor

Rabu, 14 Desember 2011 09:24 WIB

Tentara Amerika di Afghanistan. AP/John Moore

TEMPO.CO, Washington - Personel militer Amerika Serikat kini harus siap-siap gantung bedil lantaran pemerintah negeri Abang Sam itu akan memangkas anggaran pertahanan mulai tahun depan. Diperkirakan 1,5 juta tentara dan personel pendukungnya akan kehilangan pekerjaan dalam satu dekade.

Menurut Buck McKeon, Ketua Komisi Pertahanan dan Militer Kongres Amerika, dengan pemangkasan anggaran US$ 489 miliar pada 2012, 100 ribu anggota militer dari Angkatan Darat dan Korps Marinir akan purna tugas.

Tak hanya itu, 700 ribu masyarakat sipil yang terlibat dalam industri pertahanan juga akan diberhentikan dari tugas. "Angka ini akan bertambah hingga 1,5 juta orang jika Agustus mendatang parlemen menyetujui pemangkasan anggaran hingga US$ 600 miliar," kata dia seperti dikutip Reuters kemarin.

McKeon melontarkan pernyataan ini dalam sesi debat penyusunan beleid kebijakan pertahanan. Hingga kemarin, Kongres masih membahas besaran pemangkasan anggaran yang diperkirakan mencapai US$ 664,4 miliar.

Angka ini termasuk pemotongan anggaran dasar Pentagon sebesar US$ 530 miliar dan US$ 115,5 miliar untuk biaya perang di Afganistan dan Irak.

Pekan ini, rencananya Parlemen dan Senat Amerika akan melakukan voting jika pembahasan rancangan beleid ini mentok. Awal Januari, undang-undang ini harus segera disetujui Presiden Barack Obama.

Pemangkasan anggaran pertahanan ini merupakan tindakan penghematan belanja negara pertama yang dilakukan Parlemen dan pemerintah Amerika, sesuai kesepakatan yang diteken Agustus lalu. Pemangkasan belanja negara dilakukan demi mereduksi utang yang kini sudah mencapai US$ 14 triliun.

Nantinya, belanja pertahanan dibatasi hanya sebesar US$ 26,6 miliar. Sebanyak US$ 23,1 miliar dialokasikan untuk Departemen Pertahanan, sedangkan sisanya untuk biaya perang. Angka ini jauh di bawah usulan Obama yang mencapai US$ 40 miliar.

Kini, parlemen dan pemerintah Amerika pun resah lantaran angka pengangguran bakal melonjak drastis. Tapi yang lebih mengkhawatirkan, negara bakal kehilangan tenaga kerja strategis, mengingat sebelumnya para calon pengangguran itu memiliki fungsi vital.

"Kita seolah melempar orang-orang dengan pekerjaan penting ke jalanan. Ini berbahaya," kata anggota Kongres lainnya, Rob Bishop.

FERY FIRMANSYAH

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya