TEMPO Interaktif, PARIS - Presiden Prancis Nicolas Sarkozy kemarin menghadapi tuduhan telah menerima upeti dari sejumlah pemimpin negara di Afrika. "Uang tunai dari rezim Kongo dan Gabon itu untuk mendanai pemilihan umum 2007," kata Michel de Bonnecorse, bekas penasihat presiden Prancis untuk urusan Afrika.
Klaim itu sejalan dengan pernyataan pengadilan yang menyebut orang terkaya di Prancis, Liliane Berttencourt telah mendanai kampanye Presiden Sarkozy beberapa waktu lalu. Nama Sarkozy muncul seiring dengan sidang korupsi yang melibatkan bekas Presiden Jacques Chirac (1995-2007) itu.
Henri Guaino, orang dekat Presiden Sarkozy, membantah tuduhan sumir tersebut. "Tak seorangpun yang bekerja di Istana Elysee atau yang membantu presiden," katanya,"ataupun presiden sendiri terlibat dalam masalah ini."
Pengacara Perancis Robert Bourgi mengklaim para pemimpin Afrika telah memberikan berkoper-koper uang tunai kepada mantan presiden Perancis Jacques Chirac dan mantan Perdana Menteri Dominique de Villepin. Uang tersebut, kata pria berumur 66 tahun ini, dipakai untuk membiayai kampanye pemilu.
"Saya sendiri yang mengantar uang itu," kata Bourgi, yang terkenal dengan julukan 'Tuan Afrika' itu kepada koran Le Journal du Dimanche. Katanya duit-duit itu ditaruh dalam sebuah tas oleh raga, poster, atau gendang Afrika. "Duit-duit itu datang Burkina Faso, Kongo, Gabon, Pantai Gading, dan Sinegal," tuturnya.
Ia menaksir uang total upeti yang diperoleh Chirac dan Villepin selama 1997-2005 mencapai US$ 20 juta. Namun keduanya membantah tuduhan tersebut. Dalam siaran televisi Perancis, Villepin, yang merupakan calon presiden Prancis tahun depan, mengecam Bourgi. "Ini sebuah kebohongan," tuturnya.
Tapi para politisi Partai Sosialis sudah mendesak diadakannya penyelidikan. "Ini sebuah pelanggaran serius," kata Francois Hollande, calon presiden dari Partai Sosialis. Tuduhan-tuduhan korupsi dan nepotisme telah merongrong hubungan panjang dan rumit Prancis dengan sejumlah negara Afrika.
l TELEGRAPH | AP | REUTERS | ANDREE PRIYANTO