Sikap Negara-negara NATO Terbelah

Reporter

Editor

Jumat, 25 Maret 2011 07:19 WIB

Keluarga melepas keberangkatan kapal USS Bataan dari Pangkalan Angkatan Laut Norfolk, Virginia, Amerika Serikat. USS Bataan berangkat ke Laut Mediterania untuk membantu pelaksaan resolusi internasional di Libya. AP/ The Virginian-Pilot, Steve Earley
TEMPO Interaktif, Tripoli - Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terbelah dalam menyikapi perlu tidaknya organisasi internasional ini memimpin operasi militer ke Libya menggantikan koalisi Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Turki, Jerman dan Prancis terang-terangan menolak, sementara Amerika Serikat dan Inggris mendukung.

"Serangan militer NATO ke Libya itu absurd!" kata Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan. ”Kontraproduktif bagi NATO”.

Organisasi keamanan bersama yang dibentuk pada 1949 ini memiliki 28 anggota. Sejak Operasi Pengembaraan Fajar digelar Sabtu pekan lalu, Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah meminta NATO memimpin operasi itu. Menteri Inggris David Cameron menyetujui usulan Washington tersebut. Sembari menunggu keputusan NATO, operasi militer di Libya dipimpin secara bergiliran. Prancis mendapat giliran pertama memimpin pasukan internasional itu.

Operasi militer pasukan internasional ini dilakukan setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi pada Kamis pekan lalu. Resolusi ini muncul setelah pemerintah Tripoli dinilai menembaki ribuan demonstran di pelbagai kota. PBB memberlakukan zona larangan terbang di Libya dengan memperbolehkan penggunaan serangan udara yang diperlukan.

Usulan Amerika dan Inggris yang mendorong NATO berada di baris terdepan itu ditolak Presiden Prancis Nicolas Sarkozy. Ia ingin NATO mengemban perang sebagai pendukung sebagaimana terjadi dalam enam hari terakhir. Keputusan, kata Sarkozy, tetap ditentukan oleh negara-negara yang duduk di koalisi, yaitu Amerika, Prancis, dan Inggris.

Ide ini didukung Turki dan Jerman, yang sejak hari pertama serangan dilancarkan ke Libya pada Sabtu pekan lalu itu, ogah ikut andil.

Selama enam hari terakhir, tugas resmi NATO dalam operasi internasional adalah memberlakukan embargo senjata terhadap Libya. ”Kapal-kapal dan pesawat terbang NATO telah dikumpulkan di Laut Tengah untuk melaksanakan tugas tersebut,” kata Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen.

Kepada Tempo, Asisten Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Dr. Stefanie Babst yang sedang berada di Jakarta menyatakan bahwa NATO siap memimpin operasi militer di Libya. "Kami setuju menggelar operasi yang mulia ini," kata Dr. Babst.

Liga Arab, kelompok di luar NATO, menyatakan siapa pun yang memimpin operasi pasukan internasional itu tak boleh menelan korban jiwa sipil. "Kareana ini jelas bertentangan dengan visi kami," tutur Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Mousa.

Alhasil, belum ada konsensus internasional yang bulat seputar peran NATO di Libya. Ide untuk tak sekadar melibatkan NATO tapi juga dunia internasional seperti Liga Arab dan Uni Afrika pun muncul. "Kami akan memasuki fase kedua," kata Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe. "Kami akan undang negara lain," tutur Menteri Luar Negeri Inggris William Hague.

Hague menyebut pertemuan itu akan digelar pada Selasa ini di London, Inggris. Sementara pertempuran antara pasukan kelompok oposisi dan pasukan Kolonel Qadhafi berlanjut di sejumlah kota penting. Tank-tank pemerintah dan arteleri berat terus merangsek, menggasak pasukan oposisi. Seperti janji Qadhafi, "Kami akan habisi pengkhianat yang bersekongkol dengan Amerika."

| AP | INDEPENDENT | DAILYMAIL | REUTERS | ANDREE PRIYANTO

Berita terkait

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

10 September 2018

Markas Perusahaan Minyak Nasional Libya Diserang, 4 Orang Tewas

Sejumlah pria bersenjata menyerang kantor pusat perusaahan minyak nasional Libya, NOC, di Tripoli, Senin 10 September 2018.

Baca Selengkapnya

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

18 Mei 2018

Trump Pastikan Model Libya Tak Dilakukan di Korea Utara

Trump mengatakan penyelesaian denuklirisasi Korea Utara tidak akan menggunakan model Libya, seperti disuarakan penasehat Keamanan AS, John Bolton.

Baca Selengkapnya

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

11 Juni 2017

Sempat Divonis Mati, Putra Khadafi Malah Dibebaskan  

Saif al-Islam, putra kedua Muamar Khadafidiktator Libya yang telah dijungkalkan, dilaporkan bebas dari penjara.

Baca Selengkapnya

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

28 Februari 2017

ISIS Paksa Perawat Filipina Latih Militan di Libya  

Staf kesehatan Filipina bekerja di rumah sakit utama di Sirte, Libya, yang digunakan ISIS untuk mengobati militan yang terluka.

Baca Selengkapnya

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

22 Februari 2017

Bulan Sabit Merah Temukan 74 Mayat di Pantai Libya

Kemungkinan masih ada korban yang tenggelam ke dalam laut.

Baca Selengkapnya

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

5 Februari 2017

Libya Cegat 400 Pengungsi Tujuan Eropa

Di antara pengungsi yang berada di perahu tersebut berasal dari Suriah, Tunisia, Libya, dan wilayah otoritas Palestina.

Baca Selengkapnya

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

21 November 2016

Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Keluarga siswa SMA yang menjadi korban serangan monyet yang dilepaskan tiga pemuda, membalas dendam hingga terjadi perang suku di Shaba,Libya.

Baca Selengkapnya

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

3 Oktober 2016

Tragis, Wartawan Belanda Tewas Ditembak Sniper  

"Mayat Oerlemans dibawa ke rumah sakit Misrata, 200 kilometer sebelah barat Sirte."

Baca Selengkapnya

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

17 Agustus 2016

Libya Rebut Kembali Sirte dari Tangan ISIS  

"Distrik Dua berhasil dibebaskan," kata Reda Issa, juru bicara pasukan pro-pemerintah, kepada kantor berita Reuters.

Baca Selengkapnya

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

2 Agustus 2016

Pertama Kali, Jet AS Hajar Basis ISIS di Libya  

Menurut keterangan Pentagon, serangan udara yang dilancarkan pada Senin kemarin untuk menjawab permintaan Otoritas Pemerintah Nasional (GNA).

Baca Selengkapnya