Peneliti: Ini Resep Mengalahkan Al Qaidah

Reporter

Editor

Jumat, 16 April 2010 09:51 WIB

Anggota Perusahaan Fire Support 1, Royal Welsh mengambil gambar retina warga Afganistan pada operasi "Moshtarak" dekat Marjah, di provinsi Helmand Afghanistan, Minggu (14/2). AP Photo/Departemen Pertahanan, SSGT Mark Jones

TEMPO Interaktif,

Penelitian selama dua tahun oleh Demos, sebuah lembaga think-tank Inggris, menyimpulkan bahwa gagasan tentang "jihad keren" lebih penting dalam merayu anak-anak muda Muslim untuk kekerasan daripada ustad radikal, kebijakan luar negeri pemerintah Barat, atau latar belakang sosial mereka.

Demos melaporkan bahwa mereka yang tertarik dengan terorisme lebih memiliki kesamaan dengan kelompok-kelompok subversif, seperti geng jalanan dan hooligan sepak bola dibandingkan dengan Muslim yang berpandangan radikal tapi menolak kekerasan.

"Kaum muda tertarik untuk berbuat radikal dan pemberontakan terhadap otoritas," kata Jamie Bartlett, salah satu penulis laporan itu. “Untuk sebagian besar pemuda Muslim radikal, ini sebagai bentuk protes, argumen dan belajar. Namun untuk minoritas, al Qaeda mungkin tampak sebagai 'geng yang keren' untuk bergabung, meskipun sebenarnya para anggotanya tidak tahu dan tidak kompeten."

Advertising
Advertising

Penelitian, yang difokuskan di Kanada tetapi juga menyinggung Inggris, Denmark, Prancis dan Belanda, melibatkan dengan memeriksa 58 profil dari kampung yang dituduh membesarkan teroris dari tujuh sel di Kanada dan Eropa. Mereka juga wawancara dengan 20 orang tokoh radikal.

Tujuan penelitian ini untuk memahami mengapa sebagian umat Islam radikal terlibat dalam kekerasan yang diilhami al Qaeda. Sementara yang lain, yang berbagi pandangan yang sama, ternyata tidak suka dengan kekerasan.

Dalam penelitian itu disimpulkan, kekerasan radikal cenderung dimiliki oleh orang yang mempunyai pemahaman Islam yang miskin. Kebanyakan dibesarkan di rumah yang kurang religius, cenderung tidak banyak yang belajar di universitas dan kurang terlibat dalam protes politik.

Apa yang membuat mereka unik adalah kebencian kepada masyarakat dan budaya Barat.

Para penulis berpendapat bahwa mungkin bagi orang yang membaca teks radikal akan menjadi vokal menentang kebijakan luar negeri Barat, percaya pada hukum Syariah, dan mendukung prinsip Muslim Afghanistan dan Irak melawan pasukan koalisi. Namun, di sisi lain, mereka akan mengecam terorisme yang diilhami al Qaidah.

Laporan itu mengatakan, pemerintah dan pihak keamanan sebaiknya membuat perbedaan dalam menentukan target orang yang salah karena dibesarkan oleh kebencian. Dalam penelitian itu mengatakan, pemerintah harus mengizinkan pandangan radikal untuk ditayangkan, diperdebatkan dan ditinggalkan.

Pihak berwenang seharusnya tidak menggunakan slogan "Islam damai." Hal ini tidak akan bepengaruh dan para ustad radikal harus tetap diijinkan (berkotbah), meskipun mereka yang menyertakan kekerasan, atau kebencian agama dan rasial harus tetap ditangani.

Para penulis menganjurkan menggunakan bahasa satir dan menunjukkan inkompetensi militan, “Untuk menghapus apapun kemewahan yang dimiliki al Qaidah, dan menyarankan menciptakan program US Peace Corps -gaya yang memungkinkan umat Islam untuk melakukan pekerjaan sukarela di negara-negara seperti Afghanistan dan Irak.

"Trik bagi pemerintah Barat untuk menyambut bentuk-bentuk non-kekerasan radikalisme -memberikan kesempatan bagi Muslim muda untuk terlibat dalam kegiatan "radikal” dengan menjadi relawan luar negeri-- dengan tetap menjaga sikap tidak ada toleransi untuk kekerasan dan terorisme," kata Bartlett.

REUTERS| NUR HARYANTO


Berita terkait

WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

8 Agustus 2015

WNI Bawa Bom di Brunei Bebas, Tiba di Surabaya Hari Ini  

Pengadilan Brunei membebaskan Rustawi karena karena tidak ada bukti kuat terkait dengan penyelundupan benda-benda berbahaya.

Baca Selengkapnya

TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

9 Mei 2015

TNI Heran Bahan Bom Masuk Brunei Setelah Lolos dari Juanda  

Cipeng, anak Rustawi, diduga sebagai orang yang memasukkan bom ikan itu.

Baca Selengkapnya

Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

8 Mei 2015

Diduga Susupkan Bondet ke Pesawat, Cipeng Menghilang  

Sutrisno alias Cipeng, warga Malang, tak diketahui keberadaannya. Namanya disebut sang ayah yang sedang terbelit kasus bondet dalam koper di Brunei.

Baca Selengkapnya

Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

8 Mei 2015

Kronologi Rustawi Bawa Bondet dan Peluru ke Brunei

Melihat tasnya terbuka, Rustawi tidak menaruh curiga sedikit pun terhadap tindakan yang dilakukan anak keduanya, Cipeng.

Baca Selengkapnya

Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

8 Mei 2015

Upaya Menteri Retno Bebaskan WNI Bawa Bondet ke Brunei  

Rustawi mengaku tidak tahu-menahu benda berbahaya yang ditemukan dalam kopernya.

Baca Selengkapnya

Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

8 Mei 2015

Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Klaim X-Ray-nya Canggih

Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, memiliki perangkat detektor sinar-X multiview berstandar internasional.

Baca Selengkapnya

Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

8 Mei 2015

Kasus Bondet Lolos ke Brunei, Juanda Sebut Peluru Rustawi Mainan

Benda disimpulkan sebagai mainan karena tidak lagi memuat mesiu atau bahan peledak. Detektor X-Ray tak menunjukkan perubahan warna.

Baca Selengkapnya

Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

8 Mei 2015

Biro Umrah Sangsi Jemaahnya Sengaja Bawa Bom ke Brunei  

Agus menduga Rustawi dijebak oleh sebuah kelompok.

Baca Selengkapnya

Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

7 Mei 2015

Hamas Berangus Salafi, ISIS Keluarkan Ultimatum  

ISIS kemudian mengultimatum Hamas untuk melepaskan anggotanya yang ditahan dalam tempo 72 jam.

Baca Selengkapnya

WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

7 Mei 2015

WNI Bawa Bom ke Brunei, Biro Umrah: Rustawi Petani Jujur

Rustawi telah beberapa kali berhaji dan umrah.

Baca Selengkapnya