Schwarzenegger Sesali Amerika Soal Pemanasan Global
Reporter
Editor
Selasa, 30 Oktober 2007 21:46 WIB
TEMPO Interaktif, Lisabon: Gubernur California Arnold Schwarzenegger hari ini menyatakan penyesalannya atas kurangnya upaya pemerintah Amerika Serikat dalam menangani pemanasan global.Tapi, "Hanya karena Anda tak melihat Washington memimpin masalah ini, janganlah berpikir bahwa Amerika mengelakkan tanggung jawabnya," kata Arnold lewat video yang disambungkan ke konferensi internasional mengenai pemanasan global di Lisabon, Portugal.Di konferensi itulah dinyatakan terbentuknya Kemitraan Aksi Karbon Internasional (ICAP)--Arnold adalah satu dari 20 pendirinya. Pihak-pihak yang menandatangani ICAP adalah anggota Inisiatif Iklim Barat dari Amerika dan Kanada, anggota Inisiatif Gas Rumah Kaca Regional serta anggota Uni Eropa, termasuk Inggris, Jerman, Portugal dan Komisi Eropa.Para pemimpin yang menghadiri pertemuan ini, di antaranya, Perdana Menteri Portugal dan Presiden Dewan Uni Eropa Jose Socrates, Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso, Menteri Negara Urusan Bisnis Inggris Rt Hon John Hutton dan Menteri Keuangan Norwegia Kristin Halvorsen. ICAP akan menjadi forum internasional bagi pemerintah dan otoritas publik yang menerapkan kewajiban batas emisi gas rumah kaca untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaiknya dalam rancangan skema perdagangan emisi."Kesepakatan kerja sama ini juga akan memastikan bahwa program-program di negara-negara yang berbeda akan sesuai dengan persiapan pembentukan pasar karbon global," kata Presiden Uni Eropa Jose Socrates.Beberaa pasar karbon sudah muncul di dunia, ketika kalangan industri diwajibkan membayar denda bagi polusi yang dihasilkannya."Membangun sebuah pasar karbon global adalah penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta mempermudah ekonomi untuk negara berkembang dan makmur. Perdagangan emisi antaranegara akan memudahkan kita mencapai target gas rumah kaca dengan biaya lebih efektif, sehingga memudahkan kita mengurangi emisi dibanding jika kita bertindak sendiri," kata Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.| AFP | IWANK