TEMPO.CO, Berlin— Buku otobiografi Adolf Hitler, Mein Kampf atau Perjuanganku, yang dicetak kembali di Jerman sejak usainya Perang Dunia II secara mengejutkan menjadi buku terlaris di negeri itu.
Seperti dilansir USA Today, Rabu 4 Januari 2017, Institut Sejarah Kontemporer Muenchen (IfZ), penerbit buku tersebut, mengatakan buku itu semula hanya dicetak 4.000 eksemplar saja. Namun antusiasme warga Jerman yang sangat tinggi menyebabkan penjualan buku yang terdiri atas dua volume itu menembus angka 85.000 eksemplar.
Saking larisnya, IfZ tengah mempersiapkan cetakan keenam buku itu akan segera terbit akhir bulan ini. Penerbit juga akan menerbitkan edisi buku ini dalam bahasa Inggris dan Prancis. Buku ini pun masuk dalam daftar buku non-fiksi terlaris versi majalah Der Spiegel selama setahun terakhir.
Mein Kampf diterbitkan pada 1925-1926. Memoar ini ditulis oleh Hitler saat ditahan di penjara. Selain menyajikan kisah kehidupan masa muda Hitler, buku ini juga memuat pandangan anti-Semit dan nilai-nilai ekstrim yang diyakini pemimpin Nazi itu. Setelah hitler bunuh diri pada 1945, hak penerbitan Mein Kampf jatuh pada pemerintah Bavaria yang menolak menerbitkan buku kontroversial itu di Jerman.
Negara bagian Bavaria kemudian menyerahkan hak cipta buku karya Hitler itu kepada sekutu yang mengendalikan percetakan buku Nazi pada 1945. Kemudian, selama 70 tahun, sekutu tak mengizinkan penerbitan buku ini kembali demi menghormati korban kekejaman Nazi dan mencegah munculnya kebencian.
Namun, pada 1 Januari tahun lalu, hak cipta Mein Kampf menjadi domain publik. IfZ khawatir buku ini yang tanpa disertai komentar kritis membanjiri pasaran. IfZ kemudian menerbitkan kembali Mein Kampf yang dilengkapi catatan kritis pada Januari tahun lalu.
Penerbitan manifesto Hitler ini menurut IfZ sama sekali bukan untuk mempromosikan ideologi Nazi.
"Sebaliknya, buku ini memunculkan perdebatan soal pandangan Hitler dan pendekatan propagandanya memberikan kesempatan publik untuk mengetahui tujuan dan konsekuensi sebuah ideologi totaliter," kata Direktur IfZ Andreas Wirsching.
Wirsching menambahkan, data yang diperoleh lembaganya terkait para pembeli buku ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang tertarik untuk mempelajari politik dan sejarah.
"Para pembeli buku ini bukanlah para reaksioner dan kelompok radikal sayap kanan," Wirsching menambahkan. Meski demikian, IfZ tetap akan mempertahankan kebijakan yang melarang hak penerbitan internasional.
USA TODAY | THE GUARDIAN | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca:
Khawatir akan Kebangkitan Nazi, Rumah Kelahiran Hitler Dibongkar
Presiden Duterte Ingin Basmi Narkoba Seperti Nazi Hitler