TEMPO.CO, Jakarta - Pada 19 Oktober 2024, sebuah drone Hizbullah meluncur ke arah rumah liburan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di kota Caesarea, Israel utara. Netanyahu dan keluarganya selamat karena tidak berada di tempat. Namun, rumah tersebut dikabarkan mengalami kerusakan yang cukup parah.
Serangan drone tersebut menyoroti berbagai rumah Perdana Menteri Israel dan tempat-tempat yang sering dikunjunginya.
Ini menandai pertama kalinya gerakan perlawanan berusaha menargetkan kediaman Perdana Menteri Israel sejak konflik dimulai beberapa dekade yang lalu.
Surat kabar Israel, Haaretz, memuat laporan berjudul "Tiga Keluarga dan Syekh Jarrah," yang mengungkap sejarah sebenarnya dari rumah tempat tinggal Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem.
Surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth juga menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa Netanyahu tinggal di sebuah rumah curian yang awalnya milik dokter Palestina Tawfiq Kanaan, yang dipaksa untuk melarikan diri dari rumah tersebut selama Nakbah Palestina pada 1948.
Dikutip Days of Palestine, artikel tersebut merinci bagaimana sebuah keluarga Yahudi dari Amerika Serikat tiba di wilayah Palestina yang diduduki pada 1949, hanya untuk menemukan bahwa mereka tidak memiliki tempat untuk disebut rumah.
Selama periode ini, Yerusalem yang diduduki penuh dengan properti yang disita, karena banyak warga Palestina yang dipindahkan secara paksa atau mengungsi dari bagian barat kota akibat pengeboman.
Penjaga properti sitaan dari orang-orang Palestina yang diusir memberikan keluarga Yahudi ini sebuah rumah kosong untuk ditinggali. Pada akhir 1959, keluarga tersebut membeli tempat tinggal ini dengan harga 16.500 lira – sebuah penawaran yang sangat murah untuk sebuah vila seluas 581 meter persegi di pusat kota.
Hal ini sangat luar biasa mengingat apartemen dengan tiga kamar di Bat Yam dihargai 32.000 lira pada masa itu.
Orang tua dari keluarga Yahudi tersebut meninggal dunia, meninggalkan rumah tersebut kepada dua anak laki-lakinya. Salah satu putranya menjual 50% sahamnya seharga 4,24 juta shekel, sementara putra lainnya, Benjamin Netanyahu, mempertahankan setengah sisanya.
Baru-baru ini, Netanyahu kembali menggunakan rumah tersebut, yang dianggap sebagai properti Palestina yang dicuri, dengan pemilik yang sah diyakini adalah almarhum Dr. Tawfiq Kanaan dan ahli warisnya.
Dalam sebuah kompromi yang diusulkan, penulis artikel Haaretz menyarankan untuk menyerahkan rumah keluarga Kanaan di Jalan HaBourtsim kepada keluarga Salem yang tinggal di Syekh Jarrah, dengan imbalan rumah Salem diberikan kepada keluarga Netanyahu. Dia berpendapat bahwa ini akan menjadi langkah yang menguntungkan baik secara manusiawi maupun hukum.
Tawfiq Kanaan adalah seorang dokter dan peneliti terkenal dengan sejarah panjang dalam bidang kedokteran dan cerita rakyat Palestina. Keluarganya menderita akibat penjarahan dan penghancuran selama Nakba dan tidak dapat kembali ke rumah mereka yang hilang.
Keluarga Salem telah tinggal di Syekh Jarrah selama 70 tahun, namun kini mereka menghadapi penggusuran dari rumah mereka demi pemukim Yahudi. Situasi ini muncul karena serangkaian undang-undang diskriminatif dan manipulasi hukum di Israel.