TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan Lebanon, Hizbullah, pada Rabu, 23 Oktober 2024 mengakui bahwa calon pemimpinnya Hashem Safieddine, tewas dalam serangan Israel. Hizbullah mengonfirmasi bahwa Safieddine tewas dalam serangan udara Israel.
Safieddine telah memimpin Hizbullah bersama wakil sekretaris jenderalnya Naim Qassem sejak pembunuhan Hassan Nasrallah. Ia diperkirakan akan terpilih secara resmi sebagai sekretaris jenderal berikutnya, meskipun belum ada pengumuman resmi dari kelompok tersebut.
Seorang kerabat Nasrallah, Safieddine pernah duduk di Dewan Jihad kelompok tersebut. Dewan Jihad adalah badan yang bertanggung jawab atas operasi militer Hizbullah. Safieddine juga merupakan kepala dewan eksekutif, yang mengawasi urusan keuangan dan administrasi Hizbullah.
Safieddine memegang peran penting saat berbicara atas nama Hizbullah selama perang dengan Israel. Ia sempat berpidato di sebuah acara pemakaman untuk mewakili Nasrallah.
Pembunuhan Safieddine menyebabkan krisis kepemimpinan di Hizbullah. Meski demikian serangan ke Israel terus berlanjut. Hizbullah berupaya untuk memukul mundur serangan darat Israel.
Pada Rabu, 23 Oktober 2024, serangan Israel menggempur pinggiran selatan Beirut. Serangan itu dibalas Hizbullah dengan menembakkan peluru kendali presisi untuk pertama kalinya ke sasaran-sasaran Israel.
Saling serang terjadi saat Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi wilayah Israel. Blinken mendorong dihentikannya pertempuran di Gaza dan Lebanon.
Serangan di pinggiran Beirut mengakibatkan api membubung ke langit malam tak lama setelah juru bicara militer Israel mengeluarkan peringatan evakuasi untuk wilayah tersebut. Serangan lain terjadi tanpa peringatan dan menghantam kantor stasiun TV Al-Mayadeen di dekatnya.
REUTERS
Pilihan editor: Wall Street Journal: Yahya Sinwar Tolak Tawaran untuk Melarikan Diri dari Gaza