TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan PBB menyatakan kekhawatirannya setelah pasukan penjaga perdamaian PBB, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), diserang militer Israel di wilayah selatan Lebanon.
Dewan beranggotakan 15 negara ini meminta semua pihak untuk menghormati keselamatan personel dan lokasi misi UNIFIL, meskipun mereka tidak secara spesifik menyebut siapa saja yang dimaksud. Dewan juga menegaskan dukungannya terhadap UNIFIL serta menekankan pentingnya operasi tersebut dalam menjaga stabilitas kawasan.
Dikutip dari Reuters, Dewan Keamanan PBB menyatakan "Pasukan penjaga perdamaian PBB dan fasilitas-fasilitas milik PBB tidak boleh menjadi sasaran serangan,".
Dewan Keamanan PBB menyerukan penerapan penuh Resolusi 1701, yang diadopsi pada 2006 untuk menjaga perdamaian di perbatasan Lebanon dan Israel. Meskipun dewan mengakui perlunya langkah-langkah praktis tambahan untuk mencapai tujuan tersebut, mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.
PBB juga mencatat bahwa sejak dimulainya operasi militer darat oleh Israel di Lebanon pada 1 Oktober 2024, UNIFIL telah terdampak sebanyak 20 kali, termasuk terkena tembakan langsung dan insiden pada Minggu, 13 Oktober 2024, ketika dua tank Israel menerobos gerbang pangkalan UNIFIL.
PBB juga mengatakan pasukan penjaga perdamaiannya akan tetap berada di Lebanon selatan, meskipun Israel menuntut mereka untuk pindah karena militer Israel menyerang target-target di wilayah tersebut.
Dikutip dari euronews.com, Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa "serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran hukum internasional, termasuk hukum humaniter internasional, dan dapat merupakan kejahatan perang."
Guterres telah meminta semua pihak, termasuk IDF, untuk "menahan diri dari segala tindakan yang membahayakan pasukan penjaga perdamaian."
Dewan Keamanan PBB juga menegaskan kembali dukungannya terhadap peran misi penjaga perdamaian "dalam mendukung keamanan regional." Anggota Dewan Keamanan PBB terpecah belah atas perang di Gaza, dengan AS tetap menjadi sekutu Israel sementara anggota lainnya semakin berhati-hati.
Pernyataan dewan tersebut tidak menyebutkan nama Israel, Lebanon, atau Hizbullah, tetapi mendesak semua pihak "untuk menghormati keselamatan dan keamanan personel UNIFIL dan tempat-tempat PBB."
Anggota dewan juga menyatakan "keprihatinan mendalam" atas jatuhnya korban sipil, kerusakan infrastruktur, dan meningkatnya jumlah pengungsi. Mereka meminta semua pihak untuk mematuhi hukum humaniter internasional, yang mengharuskan perlindungan warga sipil.
Dewan Keamanan PBB menekankan perlunya upaya diplomatik yang akan mengakhiri konflik secara langgeng dan memungkinkan warga sipil di kedua sisi Garis Biru untuk kembali ke rumah mereka dengan selamat.
Sejak Israel memulai operasi darat di Lebanon pada 1 Oktober, posisi UNIFIL telah terdampak sebanyak 20 kali, termasuk insiden pada Ahad lalu, dua tank Israel menerobos gerbang pangkalan UNIFIL, menurut laporan PBB.
"Lima penjaga perdamaian terluka dalam insiden ini, termasuk satu yang terkena tembakan," kata Stephane. Namun, sumber tembakan tersebut belum dipastikan oleh UNIFIL.
Selama dua minggu terakhir, Israel telah meminta pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mundur sejauh 5 km (3 mil) dari Garis Biru, yang merupakan batas yang ditetapkan PBB antara Lebanon, Israel, dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, demi keamanan mereka.
SUKMA KANTHI NURANI | SAVERO ARISTIA WIENANTO | REUTERS I EIRONEWS
Pilihan Editor: Selain di Lebanon, Pasukan Perdamaian PBB dari Indonesia Bertugas di Negara Mana Saja?