Takut menjadi sasaran serang proksi Iran
Gedung Putih menolak berkomentar ketika ditanya apakah pemerintah negara-negara Teluk telah meminta Washington untuk memastikan bahwa tanggapan Israel terukur. Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbicara pada Rabu tentang pembalasan Israel dalam sebuah panggilan telepon yang digambarkan oleh kedua belah pihak sebagai hal yang positif.
Jonathan Panikoff, mantan wakil intelijen nasional AS untuk Timur Tengah dan sekarang bekerja di lembaga think-tank Atlantic Council di Washington mengatakan: "Kecemasan negara-negara Teluk kemungkinan besar akan menjadi titik pembicaraan utama dengan rekan-rekan Israel dalam upaya meyakinkan Israel untuk melakukan respons yang dikalibrasi dengan hati-hati."
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, OPEC, yang secara de-facto dipimpin oleh Arab Saudi, memiliki kapasitas minyak cadangan yang cukup untuk menutupi hilangnya pasokan Iran jika pembalasan Israel melumpuhkan beberapa fasilitas negara tersebut.
Namun, sebagian besar kapasitas cadangan tersebut berada di wilayah Teluk sehingga jika fasilitas-fasilitas minyak di Arab Saudi atau UEA, misalnya, menjadi sasaran serangan, dunia bisa menghadapi masalah pasokan minyak.
Arab Saudi telah mewaspadai serangan Iran terhadap kilang minyaknya sejak serangan 2019 terhadap ladang minyak Aramco yang menutup lebih dari 5% pasokan minyak global. Iran membantah terlibat.
Riyadh telah menjalin hubungan baik dengan Teheran dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kepercayaan tetap menjadi masalah. Bahrain, Kuwait, Qatar, Arab Saudi, dan UEA semuanya menjadi tuan rumah bagi fasilitas atau pasukan militer AS.
Kekhawatiran akan fasilitas-fasilitas minyak dan potensi konflik regional yang lebih luas juga menjadi pusat pembicaraan antara para pejabat Emirat dan rekan-rekan mereka di AS, kata sumber lain di Teluk.
Pada 2022, Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman menembakkan rudal dan pesawat tak berawak ke arah truk-truk pengisian bahan bakar minyak di dekat kilang minyak yang dimiliki oleh perusahaan minyak negara UEA, ADNOC, dan mengklaim serangan tersebut.
"Negara-negara Teluk tidak akan membiarkan Israel menggunakan wilayah udara mereka. Mereka tidak akan membiarkan rudal-rudal Israel melewatinya, dan ada juga harapan bahwa mereka tidak akan menyerang fasilitas-fasilitas minyak," kata sumber Teluk.
Ketiga sumber Teluk tersebut menekankan bahwa Israel dapat melakukan serangan melalui Yordania atau Irak, tetapi menggunakan wilayah udara Saudi, UEA, atau Qatar tidak mungkin dilakukan dan secara strategis tidak diperlukan.