TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Israel telah mengumumkan larangan pertemuan lebih dari 1.000 orang di Israel tengah, yang berlaku mulai Sabtu, di tengah meningkatnya ketegangan menyusul pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah.
Juru bicara militer, Daniel Hagari, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa larangan tersebut merupakan tindakan pencegahan untuk menjamin keselamatan publik mengingat potensi ancaman.
“Kami waspada baik pertahanan maupun serangan, dan masyarakat harus mematuhi instruksi,” kata Hagari.
Ia mencatat bahwa ancaman “belum berakhir, Hizbullah masih memiliki kemampuan.”
Pengumuman ini menyusul serangkaian serangan udara yang dilakukan tentara Israel yang menargetkan posisi Hizbullah di Lebanon.
Setelah pembunuhan Nasrallah, tentara Israel juga mengancam akan menargetkan para pemimpin senior Hizbullah lainnya.
Pembunuhan Nasrallah menandai peningkatan signifikan dalam konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hizbullah.
Sejak Senin, serangan udara Israel telah menghancurkan Lebanon, menewaskan hampir 800 orang dan melukai lebih dari 2.300 orang, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Kementerian juga melaporkan bahwa sejak Oktober lalu, jumlah korban tewas di Lebanon telah mencapai 1.622 orang, dengan 98.800 orang mengungsi dari wilayah selatan dan timur negara itu.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak serangan militer Israel di Gaza menyusul serangan lintas batas yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober. Konflik Gaza telah merenggut nyawa hampir 41.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Komunitas internasional telah menyatakan keprihatinan mendalam mengenai serangan udara Israel di Lebanon, dan memperingatkan bahwa serangan tersebut dapat mengubah konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.
Pilihan Editor: Siapakah Hashem Safieddine, Calon Pemimpin Baru Hizbullah?
ANADOLU