TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah dan Israel telah berada di ambang perang. Kuwait sudah memerintahkan warganya untuk keluar Lebanon. Sementara itu, Amerika Serikat telah menyatakan dukungannya untuk Israel jika perang terjadi.
Bagaimana sebenarnya kekuatan kedua pihak?
Para analis mengatakan bahwa masih belum jelas apakah kedua belah pihak meningkatkan ancaman mereka sebagai bentuk pencegahan, atau apakah mereka benar-benar berada di ambang perang habis-habisan. Dalam hal perang Israel di Gaza, seorang ahli mengatakan bahwa tidaklah akurat untuk membandingkan kelompok-kelompok bersenjata Palestina dengan Hizbullah Lebanon.
"Hizbullah lebih terlatih, lebih terorganisir dan memiliki senjata yang lebih mematikan dibandingkan dengan Brigade al Qassam, sayap bersenjata Hamas. Dan untuk alasan ini, saya pikir Israel akan membayar harga yang sangat mahal untuk sesuatu yang bisa mereka hindari," kata Hassan Barari, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Qatar, kepada Al Jazeera.
Orna Mizrahi, seorang mantan pejabat di Dewan Keamanan Nasional Israel, mengatakan bahwa tidak ada satu pun dari opsi-opsi tersebut yang baik untuk negara tersebut.
"Namun pertanyaan besarnya adalah, seberapa besar penderitaan yang bisa dialami Israel akibat serangan ini? Saya rasa sebagian besar pemerintah tidak ingin terlibat dalam perang, tetapi mungkin saja kita sedang menuju ke sana," katanya.
Bagaimana dampak perang ini bagi Israel?
Di Lebanon, komentar Nasrallah membuat banyak orang bersiap-siap untuk perang yang lebih luas. Namun beberapa diplomat dan analis mengatakan bahwa ancamannya merupakan upaya untuk menandingi retorika yang meningkat dari Israel.
"Bagi saya, sekarang ini adalah bagian dari strategi pencegahan," kata Hubert Faustmann, profesor sejarah dan hubungan internasional di Universitas Nicosia.
"Ada bahaya besar bagi Israel untuk meningkatkan konfrontasi dengan Hizbullah dan perang besar-besaran, yang menurut saya tidak diinginkan oleh Hizbullah," tambah Faustmann, seraya mengatakan bahwa Hizbullah menunjukkan apa yang "dapat dilakukannya" jika hal itu terjadi.
Hizbullah telah mengindikasikan bahwa mereka tidak menginginkan konflik yang lebih luas, meskipun mereka terus menambah persenjataan yang lebih kuat.
Sementara Israel memiliki tentara yang paling kuat di Timur Tengah, Hizbullah memiliki ribuan pejuang, banyak di antaranya berpengalaman dalam perang saudara Suriah, dan memiliki puluhan ribu rudal yang mampu menghantam kota-kota di seluruh Israel.
Negara ini juga memiliki armada pesawat tak berawak yang besar, salah satunya tampaknya telah melakukan penerbangan yang diperpanjang di atas kota pelabuhan Haifa minggu ini, menggarisbawahi potensi ancaman terhadap infrastruktur ekonomi utama termasuk sistem tenaga listrik.