TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel, Selasa, 18 Juni 2024, menewaskan sedikitnya 13 orang di Gaza tengah, badan pertahanan sipil di wilayah Palestina mengatakan, meskipun pertempuran sebagian besar telah mereda saat umat Islam merayakan Idul Adha.
Pengumuman Israel pada akhir pekan lalu mengenai "jeda" harian aktivitas militer untuk memfasilitasi aliran bantuan bertepatan dengan hari raya umat Islam dan telah membawa ketenangan relatif di beberapa bagian Jalur Gaza yang terkepung setelah lebih dari delapan bulan perang.
Para saksi mata melaporkan adanya tembakan artileri di dekat kamp pengungsi al-Nuseirat di Gaza tengah, di mana badan pertahanan sipil mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dalam dua serangan terpisah di sebuah rumah keluarga dan sebuah bangunan komersial.
Rumah sakit Al-Awda di Gaza tengah mengatakan telah menerima jenazah "enam orang syahid dan 15 orang terluka akibat serangan udara Israel di berbagai daerah di Jalur Gaza tengah dan selatan."
Para saksi mata dan kantor media pemerintah Hamas mengatakan ada beberapa serangan dan pertempuran di tempat lain di Gaza utara dan tengah.
Dalam sebuah pernyataan, tentara Israel mengatakan bahwa operasinya terus berlanjut pada Selasa di Gaza tengah dan selatan, termasuk kota Rafah di perbatasan dengan Mesir.
"Kami telah menghancurkan Hamas di Rafah selama sebulan terakhir," ujar juru bicara militer David Mencer dalam sebuah konferensi pers.
"Pos-pos teror di Shaboura dan Tal al-Sultan telah dikalahkan. Kami telah menghabisi ratusan teroris," katanya, seraya menambahkan "sebuah sel penembak jitu Jihad Islam (berhasil) dihabisi."
Kritik yang meningkat
Di tengah-tengah meningkatnya kritik atas penanganannya terhadap krisis penyanderaan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengundang para kerabat para sandera yang terbunuh ke rumahnya, beberapa keluarga mengatakan kepada AFP pada Selasa.
Namun seorang kerabat, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa dia akan menolak undangan tersebut, dengan mengatakan, "dia sedikit terlambat mengundang kami."
Di Yerusalem, Senin, ribuan warga Israel melakukan protes terhadap pemerintah Netanyahu atas kegagalannya menegosiasikan pembebasan sejumlah sandera yang ditahan di wilayah Palestina sejak serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober.
Para demonstran berunjuk rasa di luar parlemen dan di dekat kediaman Netanyahu, menuntut pemilihan umum dini dan meneriakkan "Semuanya! Sekarang!", yang merujuk pada pembebasan para sandera.
"Kita harus menutup negara ini agar pemerintah jatuh," kata Yaacov Godo, yang putranya, Tom, terbunuh dalam serangan Hamas, pada awal apa yang para aktivis gambarkan sebagai aksi anti-pemerintah selama sepekan di seluruh negeri.
Perang seharusnya sudah berhenti "sejak lama," dan kembalinya para tawanan akan "mengakhiri cerita ini," kata Godo.
Media Israel mengatakan bahwa unjuk rasa lainnya direncanakan akan diadakan di depan gedung parlemen pada hari Selasa malam.
Upaya mediasi AS, Qatar dan Mesir untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata telah terhenti selama berbulan-bulan.