TEMPO.CO, Jakarta - Harga telur di Malaysia telah turun masing-masing tiga sen Malaysia, sebuah langkah yang menurut pemerintah merupakan bagian dari rencana mereka untuk menyalurkan penghematan dari rasionalisasi subsidi yang ditargetkan kepada warganya.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim pada Senin mengumumkan harga baru telur dengan grade A, B, dan C masing-masing kini menjadi 42 sen, 40 sen, dan 38 sen.
Harga eceran telur di Sabah, Sarawak, dan Labuan akan disesuaikan dengan zona dan kabupaten masing-masing, tambahnya.
The Star melaporkan bahwa Anwar mengatakan bahwa subsidi telur akan merugikan pemerintah sebesar RM100 juta atau sekitar Rp348.018.644.522, dibandingkan dengan alokasi subsidi sebesar RM927 juta pada 2023.
Jumlahnya sekitar 10 sen per butir telur, termasuk penghematan tiga sen terakhir bagi konsumen.
Anwar sempat mengatakan, perkembangan ini disebabkan oleh berkurangnya biaya input produksi telur ayam yang sebagian besar merupakan bahan dasar pakan ayam.
“Saya ingin menekankan bahwa permasalahan terkait biaya hidup masyarakat akan terus ditangani oleh pemerintah dengan cara yang lebih proaktif dan efektif,” katanya.
Sementara itu, para pakar yang dihubungi oleh media Malaysia mengatakan bahwa meskipun mereka memuji inisiatif pemerintah untuk menurunkan harga telur bagi konsumen, langkah tersebut tidak menyelesaikan masalah kekurangan telur ayam yang sudah lama ada.
Profesor ekonomi Universitas Sunway Dr Yeah Kim Leng seperti dikutip The Star mengatakan bahwa menyalurkan penghematan subsidi untuk meningkatkan produksi telur ayam akan lebih bermanfaat dalam jangka panjang.
“Meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian lokal sangat penting untuk mengatasi tingginya harga pangan, serta meningkatnya biaya impor pangan.
“Upaya yang lebih terpadu dari pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor pangan guna menjaga harga tetap rendah dan stabil untuk seluruh rumah tangga,” ujarnya.
Secara terpisah, direktur pelaksana jaringan hipermart lokal populer Mydin dilaporkan mengatakan kepada Free Malaysia Today bahwa pemerintah harus meningkatkan ketersediaan telur bersubsidi di pasar daripada mensubsidi harga telur.
“Dengan penurunan harga ini, apakah pemerintah bisa menjamin ketersediaan telur lebih banyak? Saya ragu demikian.
“Saya rasa pasokan telur bersubsidi tidak akan mencukupi,” kata Ameer Ali Mydin, seraya menambahkan bahwa pasokan telur di pasaran tidak mencukupi dalam beberapa bulan terakhir.
Bos hipermarket Mydin juga mengatakan bahwa produsen kekurangan insentif untuk meningkatkan produksi telur standar berdasarkan kerangka pengendalian harga saat ini.
“Jika Anda membiarkan kekuatan pasar berkuasa, otomatis pasokan akan meningkat,” katanya.
Pada 2023, Malaysia yang dulunya mengekspor telur ke Singapura dan negara Asia lainnya, terpaksa mengimpor telur dari India karena pasokan menurun.
Untuk mengamankan pasokan telur ketika harga telur melonjak ke rekor tertinggi, Menteri Pertanian dan Ketahanan Pangan Malaysia Mohamad Sabu pada Janurai 2023 mengunjungi Namakkal, di negara bagian Tamil Nadu, India selatan, yang merupakan lokasi beberapa tempat penetasan telur terkemuka.
“Untuk pertama kalinya, Malaysia membeli telur dalam jumlah besar dari India, dan tampaknya ekspor telur India ke Malaysia akan tetap kuat selama paruh pertama tahun 2023,” Sasti Kumar, direktur pelaksana gabungan di Ponni Farms yang berbasis di Namakkal, salah satu eksportir telur terkemuka India, kepada Reuters.
India mengirimkan 5 juta telur ke Malaysia pada Desember, dan akan mengirimkan 10 juta pada bulan Januari dan hingga 15 juta pada bulan Februari, menurut Kumar.
Impor dari India telah membantu Malaysia menurunkan harga dari rekor tertinggi yang tercatat pada akhir Desember 2022. Setelah mengalami kekurangan 157 juta telur pada November, kesenjangan pasar turun menjadi hanya satu juta pada Desember, kata menteri Malaysia.
Pilihan Editor: Kementan Bantah Tim Prabowo Soal Telur di Malaysia Lebih Murah
CHANNEL NEWSASIA