TEMPO.CO, Jakarta - Ketika seruan berkembang di kalangan pengkritik Israel di seluruh dunia untuk membatasi penjualan senjata ke negara Yahudi tersebut sehubungan dengan perang yang sedang berlangsung melawan Hamas di Jalur Gaza, data yang dirilis dalam beberapa hari terakhir menunjukkan hampir semua impor senjata Israel berasal dari perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat dan Jerman.
Amerika Serikat, Pemasok Senjata Terbesar
Menurut laporan 2023 oleh Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), yang mempelajari konflik dan senjata, 69 persen pembelian senjata Israel berasal dari perusahaan AS,
“Pada akhir 2023, AS dengan cepat mengirimkan ribuan bom dan rudal berpemandu ke Israel, namun total volume impor senjata Israel dari AS pada tahun 2023 hampir sama dengan tahun 2022. Pada akhir tahun 2023, pengiriman senjata yang tertunda senjata utama ke Israel termasuk 61 pesawat tempur dari AS dan 4 kapal selam dari Jerman,” demikian bunyi laporan SIPRI. Yang dimaksud dengan bom berpemandu adalah perangkat yang mengubah bom sederhana menjadi persenjataan presisi, melalui sistem seperti Joint Direct Attack Munition (JDAM), yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan Amerika. Israel tidak memproduksi sistem seperti itu sendiri.
Laporan SIPRI menyatakan bahwa penjualan jet tempur AS ke Israel selama beberapa dekade terakhir telah memainkan “peran besar dalam tindakan militer Israel terhadap Hamas dan Hizbullah.”
Amerika Serikat memang sekutu terbesar Israel. Terlepas dari kondisi Gaza yang menyedihkan, AS telah menyetujui dan mengirim lebih dari 100 penjualan senjata ke Israel sejak 7 Oktober. Dalam laporan Washington Post, 6 Maret 2024, pejabat AS baru-baru ini mengatakan hal itu dalam sebuah pengarahan rahasia.
Mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, laporan itu mengatakan penjualan tersebut mencakup ribuan amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, dan senjata lainnya. Mereka tidak perlu terlebih dahulu disetujui oleh Kongres karena biaya setiap penjualan berada di bawah jumlah minimum yang mengharuskan mereka untuk dipertimbangkan, menurut laporan tersebut.
Berbicara kepada Washington Post, mantan pejabat pemerintahan Biden Jeremy Konyndyk mengatakan bahwa “jumlah penjualan yang luar biasa dalam waktu yang cukup singkat” menunjukkan bahwa Israel tidak akan dapat mempertahankan operasinya melawan Hamas di Gaza “tanpa dukungan AS.” Konyndyk adalah presiden Refugees International saat ini dan telah meminta AS untuk menggunakan penjualan senjata untuk menekan Israel agar menerima gencatan senjata di Gaza.