TEMPO.CO, Jakarta - Empat puluh lima orang tewas dan 80 lainnya selamat ketika sebuah perahu yang membawa migran menabrak karang di dekat pantai Italia selatan pada Minggu pagi, 26 April 2023.
Kapal karam di dekat Steccato di Cutro, sebuah resor tepi laut di pesisir timur Calabria, wilayah yang membentuk ujung sepatu bot Italia.
"Saat ini, 80 orang ditemukan selamat - beberapa di antaranya berhasil mencapai pantai setelah kapal karam - dan 43 mayat ditemukan di sepanjang pantai," kata penjaga pantai dalam sebuah pernyataan.
Kapal itu membawa sekitar 120 orang dan menabrak batu "beberapa meter dari pantai," kata penjaga pantai, menambahkan bahwa pencarian korban selamat lainnya masih dilakukan.
Walikota Cutro, Antonio Ceraso, mengatakan kepada saluran berita SkyTG24 bahwa perempuan dan anak-anak termasuk di antara yang tewas.
Dia mengatakan perahu kayu para migran "hancur" di tengah kondisi laut yang berbadai, dengan bagian-bagian reruntuhan kapal berserakan sekitar 300 meter dari pantai.
Ceraso mengatakan, dia menyaksikan "sebuah tontonan yang tidak ingin Anda lihat dalam hidup Anda ... pemandangan yang mengerikan ... yang tetap bersama Anda sepanjang hidup Anda."
Petugas pemadam kebakaran mencari di laut dengan jet ski, tetapi ombak tinggi membuat operasi menjadi sulit, kata juru bicara pemadam kebakaran Calabria Danilo Maida kepada Reuters.
Laporan awal dari ANSA dan kantor berita Italia lainnya, menyebutkan 27 mayat terdampar di pantai dan lebih banyak ditemukan di air.
Kantor berita Italia Adnkronos mengatakan para migran yang terjebak di kapal karam itu berasal dari Iran, Pakistan, dan Afghanistan, sementara ANSA mengatakan mereka berasal dari Iran, Irak, Afghanistan, dan Suriah.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyatakan "kesedihan yang mendalam" atas insiden mematikan itu, dan berjanji untuk menghentikan migrasi laut yang tidak teratur untuk mencegah lebih banyak kematian.
Pemerintah sayap kanannya telah mengambil tindakan keras terhadap migrasi sejak mengambil alih kekuasaan pada bulan Oktober, sebagian besar dengan membatasi kegiatan penyelamatan migran dengan undang-undang baru yang keras.
"Ini adalah tragedi besar yang menunjukkan kebutuhan mutlak untuk bertindak tegas terhadap jalur migrasi ilegal," kata Menteri Dalam Negeri Matteo Piantedosi dalam pernyataan terpisah.
"Penting" untuk menghentikan penyeberangan laut yang, menawarkan kepada para migran "fatamorgana ilusi tentang kehidupan yang lebih baik" di Eropa, memperkaya para penyelundup dan "menyebabkan tragedi seperti hari ini", katanya.
Paus Fransiskus, yang vokal membela hak-hak migran, mengatakan dia berdoa untuk semua orang yang terjebak dalam kapal karam selama pidato hari Minggu di Lapangan Santo Petrus.
Italia adalah salah satu titik pendaratan utama bagi para migran yang mencoba memasuki Eropa melalui laut. Padahal rute Mediterania Tengah itu dikenal sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia.
Menurut Proyek Migran Hilang Organisasi Internasional untuk Migrasi, 20.333 orang meninggal atau hilang di Mediterania Tengah sejak 2014.
Pilihan editor Malaysia Didesak Bongkar Kasus Kematian 150 Migran dalam Tahanan
REUTERS