TEMPO.CO, Jakarta - Ulama garis keras Maulana Fazlur Rehman memberikan dua ultimatum kepada Perdana Menteri Pakistan Imran Khan. Yakni menuntut pengunduran dirinya dan kedua mengancam unjuk rasa akan terus dilakukan untuk melawan pemerintahan Khan.
Dikutip dari rt.com, Rehman menyampaikan ultimatum itu dalam pidatonya di hadapan pengunjuk rasa anti-pemerintah di Ibu Kota Islamabad pada Jumat, 1 November 2019. Banyak dari mereka yang turun ke jalan adalah jamaah Partai Ulama-e-Islam.
“Gorbachev Pakistan harus angkat kaki,” demikian seruan untuk Khan yang digambarkan seorang pengkhianat dan boneka.
Khurram Dastagir & a huge crowd. #Azadi_March_Updates pic.twitter.com/dtdIoGt2Ef
— Reham Khan (@RehamKhan1) 30 Oktober 2019
Demonstran anti-pemerintah berkeras menuding pemilu yang dimenangkan oleh Khan tidak sah dan berharap dia bisa didongkel dari tampuk kekuasaan.
“Pemilu pada 25 Juli 2018 adalah pemilu penipuan. Kami tidak menerima hasilnya dan tidak pula pemerintah yang lahir setelah pemilu itu. Kami sudah memberikan pemerintah ini waktu satu tahun, namun sekarang kami tidak bisa memberi mereka waktu lagi,” kata Rehman.
#PMLN Reception camp for #Azadi_March at Rewat pic.twitter.com/8TOfESYg8I
— Ahsan Iqbal (@betterpakistan) 31 Oktober 2019
Khan sampai Sabtu, 2 November 2019, masih berkepala dingin menghadapi pengunjuk rasa anti-pemerintah. Dia bahkan berjanji akan terus memberikan pasokan makanan pada para demonstran yang berkumpul di alun-alun kota Islamabad selama unjuk rasa berjalan damai. Namun saat yang sama, Khan memperingatkan pada para pemimpin pengunjuk rasa kalau aksi jalan itu tidak akan memenangkan konsesi apapun dari pemerintah.
“Telah hilang hari-hari ketika orang memanfaatkan Islam untuk mendapatkan kekuasaan. Sekarang ini Pakistan yang baru. Silakan protes selama yang Anda inginkan. Ketika makanan Anda habis, kami bahkan akan mengirimkannya lagi. Namun kami tidak akan memberikan Anda sebuah rekonsiliasi nasional,” kata Khan.