TEMPO Interaktif, Sidney:Sebanyak 20 anggota elite militer dan ilmuwan Korea Utara membelot ke Amerika Serikat dan sekutunya. Pembelotan ini dilakukan dalam operasi rahasia melalui Narau, pulau kecil di Pasifik, demikian dilaporkan media massa Australia di Sydney, Sabtu (19/4). Menurut surat kabar The Weekend Australian, pembelotan itu dimulai sejak Oktober lalu, setelah 11 negara setuju memberikan perlindungan konsuler guna menyelundupkan warga Korut dari Cina ke tempat-tempat perlindungan yang aman. Kyong Won Ha, salah satu pembelot yang sekarang diduga berada di satu rumah yang aman di Barat. Dia digambarkan sebagai bapak dari program nuklir Korut. Para pembelot, diorganisir dalam sebuah misi yang disebut Operation Weasel. Dimulai dengan sebuah pendekatan oleh pengacara yang berbasis di AS kepada bekas Presiden Nauru, Rene Harris, dengan sebuah penawaran rancangan undang-undang pendirian kedutaan besar Nauru di Washington dan Beijing. Maksud dari rencana tersebut adalah untuk menyediakan pendamping untuk pengungsi tertentu, menurut dokumen-dokumen yang disampaikan dalam surat kabar. Bekas menteri keuangan Nauru, Kinza Clodumar, mengklaim dirinya sudah mengarahkan Operation Weasel selama menjadi bagian delegasi ke Washington pada bulan Oktober. Kami akan mendapatkan seorang ahli nuklir Korea Utara dan keluarganya dari Cina dan kemudian menjemput mereka dalam sebuah mobil konsulat ke kedutaan besar, kata Clodumar kepada surat kabar. Berbagai tanya-jawab terhadap Kyong dilaporkan telah memberi para pejabat intelijen AS suatu wawasan yang mendalam dan belum pernah diketahui sebelumnya mengenai kemampuan nuklir Korut, terutama pada reaktor nomor satu-nya di kota Yongbyon, bagian selatan Korut. Reaktor itu telah menjadi penyebab timbulnya keprihatinan di Barat. (AFP/sam cahyadi)
Berita terkait
Rilis Kajian soal Demokrasi Otoriter, BEM UI: Peringatan bagi Pemerintah, Hentikan Sikap Niretika dan Nepotisme
2 menit lalu
Rilis Kajian soal Demokrasi Otoriter, BEM UI: Peringatan bagi Pemerintah, Hentikan Sikap Niretika dan Nepotisme
Kajian BEM UI menyinggung penetapan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran sebagai langkah menuju iklim demokrasi otoriter