Sekjen PBB : Kekerasan terhadap Rohingya Berbahaya bagi Kawasan

Reporter

Rabu, 6 September 2017 07:30 WIB

Sekjen PBB, Antonio Guterres. REUTERS

TEMPO.CO, New York— Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.

Krisis di Rakhine menurut Gutteres dapat mengacaukan keamanan kawasan di Myanmar dan negara-negara tetangga. “Ini menciptakan situasi yang dapat mengganggu kestabilan kawasan tersebut,” kata Gutteres seperti dikutip Reuters, Rabu 6 September 2017.

Keprihatinan ini membuat Guterres menulis surat kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB, suatu hal yang jarang terjadi. Dalam surat tersebut, Guterres mendesak komunitas internasional untuk membantu menghentikan eskalasi kekerasan di terhadap warga Rohingya.


Baca: Derita Rohingya, Malaysia Panggil Duta Besar Myanmar

Dia juga mengusulkan langkah-langkah untuk mengakhiri kekerasan tersebut. Ketika ditanya tentang pembersihan etnis Rohingya oleh militer Myanmar, Guterres menjawab, ”Kami menghadapi risiko itu, saya harap kita tidak sampai ke sana.”

Pada pekan lalu, Dewan Keamanan PBB bertemu dalam sidang tertutup untuk membahas situasi di Rakhine atas permintaan Inggris.

“Jika situasi semakin memburuk, kami akan melakukan pertemuan lebih intensif untuk membahas masalah ini,” ujar Duta Besar Inggris untuk PBB, Matthew Rycroft.

Kekerasan terbaru di Rakhine dimulai pada 25 Agustus 2017, ketika kelompok gerilyawan Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer yang menewaskan belasan polisi. Militer pun meluncurkan “operasi pembersihan” secara brutal di Rakhine.


Baca: Rohingya, Minoritas yang Paling Dipersekusi di Dunia

Data resmi yang diakui militer dan pemerintah Myanmar menyatakan, ada 399 orang yang tewas dalam sejak kekerasan terbaru pecah. Mereka adalah 370 gerilyawan Rohingya, 13 aparat keamanan, dua pejabat pemerintah dan 14 warga sipil.

Namun, para aktivis Rakhine menyebut korban tewas mencapai sekitar 1.000 orang, yang sebagian besar warga sipil Rohingya. PBB juga mencatat kekerasan itu membuat hampir 125 ribu warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.

REUTERS | THE INDIAN EXPRESS | SITA PLANASARI AQUADINI




Advertising
Advertising


Berita terkait

Acara Wisuda di Columbia University Dibatalkan Karena Protes Pro-Palestina

20 menit lalu

Acara Wisuda di Columbia University Dibatalkan Karena Protes Pro-Palestina

Universitas Columbia membatalkan upacara wisuda setelah unjuk rasa pro-Palestina mengguncang kampus tersebut selama hampir dua pekan.

Baca Selengkapnya

AS Tinjau Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas, Tolak Invasi ke Rafah

1 jam lalu

AS Tinjau Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas, Tolak Invasi ke Rafah

Proposal senjata yang disetujui Hamas sedang ditinjau oleh Amerika Serikat. Dalam pernyataannya kemarin, AS juga menentang invasi ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

3 jam lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

18 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

18 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

18 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

19 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

21 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

22 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

2 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya