Sejumlah warga melihat longsor yang diakibatkan oleh hujan lebat di kota Regent, Sierra Leone, 14 Agustus 2017. REUTERS/Ernest Henry
TEMPO.CO, Freetown -Banjir bandang menewaskan sedikitnya 312 orang tewas dan lebih dari 2 ribu orang kehilangan rumah di Freetown, ibukota Sierra Leone.
Banjir yang terjadi pada Senin, 14 Agustus 2017, telah menenggelamkan rumah-rumah warga yang berada di pebukitan. Jasad manusia tampak terapung di air yang merendam kota.
Presiden negara termiskin di dunia ini, Ernest Bai Koroma telah mengumumkan diberlakukannya layanan darurat untuk mengatasi bencana alam terparah yang pernah terjadi di kota Freetown. Koroma juga menyerukan agar semua warga bersatu mengatasi banjir terparah ini.
"Setiap keluarga, setiap grup etnis, setiap wilayah,terkena dampak banjir baik langsung maupun tidak langsung," kata Koroma.
Juru bicara Palang Merah Patrick Massaquoi mengatakan kepada AFP bahwa jumlah penduduk yang tewas bisa bertambah sehubungan timnya masih melakukan pencarian di Freetwon dan mendata korban.
"Saya menghitung lebih dari 300 jasad dan akan bertambah lagi," kata Mohamed Sinneh, petuga dari rumah sakit Connaught, Freetown.
Badan meteoroligu Sierra Leone ternyata tidak mengeluarkan peringatan menyusul hujan deras yang dapat memicu banjir besar.
Sehingga warga tidak menyadari banjir besar terjadi.
"Saya hanya bisa melarikan diri memanjat atap rumah saat tetangga saya datang menyelamatkan saya. Kami kehilangan semuanya dan kami tidak punya tempat untuk tidur," kata Fatmata Sesay, warga korban banjir di kawasan pebukitan Juba, ibu dengan 3 anak dan suaminya.
Hamas Minta Penjelasan Dugaan Pencurian Organ pada Jasad Warga Palestina
29 Desember 2023
Hamas Minta Penjelasan Dugaan Pencurian Organ pada Jasad Warga Palestina
Perwakilan Hamas di Lebanon mendesak Komite Palang Merah Internasional memberikan penjelasan soal organ tubuh jasad warga Palestina yang diduga dicuri oleh Israel.