Suasana perundingan perdamaian Suriah di Astana, Kazakhstan, 23 Januari 2017. REUTERS/Mukhtar Kholdorbekov
TEMPO.CO, Damaskus - Rusia dan Amerika Serikat mendukung terbentuknya zona aman di Suriah guna melanjutkan proses perdamaian disusul gencatan senjata permanen.
Ide pembentukan zona aman itu tercetus melalui perbicaraan per telepon antara Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin pada Selasa, 2 Mei 2017, setelah AS mengirimkan utusan tingkat tinggi untuk mengamati jalannya perundingan Suriah di Astana, Kazakhstan.
Zona aman itu terdiri dari empat kawasan yang dikuasai oleh pasukan oposisi dan memisahkan mereka dari pasukan rezim Suriah.
Kawasan zona aman itu akan berdiri di Homs, Idlib dan Damaskus sehingga warga sipil bisa bergerak bebas untuk selanjutnya kedua belah pihak bertikai menuju proses perdamaian.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga menunjukkan dukungannya terhadap terbentuknya zona aman.
Berbicara pada acara jumpa pers bersama Erdogan di resor Laut Hitam, Rabu, Putin mengatakan, "Kami berdua sepakat mendukung terbentuknya zaman aman dan menghentikan permusuhan."
Utusan khusus Rusia untuk Suriah, Aleksandr Lavrentiev, mengklaim bahwa zona aman secara siginifikan akan mengurangi konfrontasi bersenjata antara oposisi bersenjata Suriah dengan pasukan pemerintah.
Rencana pembentukan zona aman itu semula akan didiskusikan pada perundingan damai di Astana, namun diprotes oleh perwakilan oposisi dengan cara menunda keikustertaan mereka lantaran serangan udara masih berlangsung sehingga memakan korban warga sipil.
"Mereka juga keberatan atas beberapa bagian di butir-butir kalimat perdamaian."