Jurnalis Inggris Simpan Data di Anus Saat Ditawan Milisi di Sudan
Editor
Maria Rita Hasugian
Kamis, 6 April 2017 20:37 WIB
TEMPO.CO, London - Seorang jurnalis Inggris mengungkapkan kengerian saat dia menjadi tawanan selama lebih dari enam pekan oleh milisi Sudan. Ia sampai menyimpan kartu memori tentang hasil liputannya di anus supaya tidak diambil.
Phil Cox menyeberangi perbatasan ke Sudan bersama dengan rekannya Daoud Hari pada Desember 2016 dengan tujuan melaporkan penderitaan penduduk Darfur, Sudan. Namun keduanya justru diculik milisi bersenjata saat melintas di pegunungan Jebel Marra.
Baca juga: HRW: Tentara Sudan Perkosa 200 Gadis dalam 3 Hari
Sejak itu, Cox hidup bagai di dalam neraka. Saat ditangkap keduanya diikat di sebatang pohon selama satu minggu dan kerap dipukuli sebelum diangkut dengan pesawat untuk dikirim ke penjara Kobar yang terkenal di Khartoum, Sudan.
Selama dalam perjalanan, Chox dan Hari yang berperan sebagai penerjemah tersebut bahkan diancam hendak dilempar dari pesawat.
“Di dalam pesawat saya mulai berteriak, mengemis untuk menyelamatkan hidup saya,” kata Cox mengenang seperti yang dilansir Independent pada 6 April 2017.
Baca juga: Helikopter PBB Ditembak di Sudan, Tiga Tewas
Setibanya di Kobar, keduanya bahkan menghadapi siksaan yang lebih mengerikan. Selama lebih-kurang 40 hari, Cox disetrum, dipukuli, dan disika menggunakan berbagai metode penyiksaan kejam lainnya. Sesekali mereka juga dihadapkan dengan eksekusi mati palsu, yang sungguh mengerikan.
Cox tidak pernah berpikir niatnya untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Sudan justru menjadikan dia sebagai korban pelanggaran HAM yang luar biasa.
Belakangan, Cox dan rekannya mengetahui bahwa mereka telah menjadi incaran pemerintah Sudan, bahkan kepalanya dihargai 250 ribu pound sterling atau setara Rp 4,1 miliar. Keduanya dituduh masuk ke Sudan secara ilegal dan hendak menjadi mata-mata dunia internasional.
Baca juga: PBB: Perempuan Dijadikan Upah Seks Milisi di Sudan
Jurnalis asal Inggris ini melakukan penyelidikan di Durban berdasarkan laporan Amnesty Internasional. Laporan ini dianggap membahayakan keamanan nasional Sudan.
Setelah upaya berulang dari pemerintah Amerika Serikat dan Inggris, Hari mendapat suaka dari Amerika dan dibebaskan pada 18 Januari, disusul Cox pada 1 Februari 2017. Menurut pejabat Sudan, Cox diampuni sendiri oleh Presiden Omar al-Bashir.
Beruntung penculikan itu terjadi setelah keduanya yang bekerja bagi saluran Channel 4 News berhasil menyelesaikan misinya, yakni meliput dampak migrasi ilegal dan menyelidiki tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Sudan terhadap warga sipil di Darfur.
Cox mampu menyelamatkan kartu memori yang menyimpan gambar yang diambil terkait dengan misinya tersebut. Kartu itu dibungkusnya dengan plastik hitam dan menyembunyikan benda itu di dalam anusnya.
Kartu memori itu akan menjadi bukti pelanggaran HAM oleh pemerintah Sudan dan akan ditayangkan Channel 4 News pada 5 dan 6 April sekitar pukul 07.00 malam waktu Inggris.
INDEPENDENT | YON DEMA