Jelang Pemilu Belanda, Posisi Politikus Anti-Islam Melemah
Editor
Sita Planasari A
Rabu, 15 Maret 2017 08:10 WIB
TEMPO.CO, Den Haag—Menjelang pemilu parlemen Belanda yang berlangsung hari ini, posisi politikus anti-Islam, Geert Wilders, melemah dibandingkan rivalnya Perdana Menteri Mark Rutte.
Seperti dilansir Yahoo News, Rabu 15 Maret 2017, jajak pendapat terbaru yang dirilis I&O Research beberapa jam sebelum tempat pemungutan suara dibuka pada Rabu 06.30 GMT, menunjukkan Rutte melaju di posisi jawara dengan prediksi partai Liberal VVD -nya memperoleh 27 hingga 28 kursi dari total 150 kursi di parlemen.
Baca: Ada Jejak Indonesia dalam Pemilu Belanda
Wilders, yang pada akhir tahun lalu sempat memimpin jajak pendapat dengan perkiraan lebih dari 30 kursi, berada di posisi kedua dengan prediksi dengan hanya memperoleh 16 kursi parlemen.
Sementara partai-partai Belanda yang lebih tradisional seperti Christian Democratic Appeal (CDA) dan Demokrasi partai (D66) mengekor di belakang keduanya.
Analis politik mengatakan cara Rutte menangani krisis dengan Turki, yang terjadi pada akhir pekan lalu, tampaknya telah meningkatkan citranya. Rutte mengatakan kepada AFP setelah perdebatan terakhir pada Selasa malam, "Saya pikir malam ini kami telah meyakinkan pemilih."
Pada akhir pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Belanda sebagai “negeri pisang” karena menolak menerima dua menterinya yang akan berpidato menjelang referendum konstitusi mereka. Rutte membalas tudingan Erdogan dengan tenang. Sementara Wilders mengancam akan menutup hubungan diplomasi dua negara.
“Sebanyak 62 persen responden mendukung cara Rutte mengatasi masalah dengan Turki, termasuk 59 persen responden dari partai Kebebasan Wilders. Sementara hanya 10 persen responden yang mendukung gaya frontal Wilders,” demikian pernyataan I&O dalam evaluasi jajak pendapat itu.
Baca: Pemilu Belanda, Mark Rutte dan Geert Wilders Saling Tuding
Pemimpin Partai Buruh, mitra koalisi Rutte di pemerintah keluar, mengecam Wilders dalam debat sengit Selasa malam.
"Anda sudah menjadi anggota parlemen selama 20 tahun, Anda sudah mengirim ribuan tweet marah, tetapi Anda tidak pernah memberikan solusi. Anda melemah dan membagi Belanda," kata pemimpin Partai Buruh, Lodewijk Asscher.
Posisi Wilders sempat menguat karena ia berjanji akan melarang Islamisasi di Belanda. Ia menyebut akan menutup masjid-masjid, melarang Al Quran hingga menutup pintu bagi imigran dari negara muslim.
Sebanyak 13 juta pemilik suara Belanda diharapkan akan memilih 28 partai untuk membentuk pemerintahan baru. Dengan peta politik Belanda yang terpecah, pengamat politik memprediksi mengatakan koalisi berikutnya membutuhkan empat atau lima partai, sehingga pemerintahan baru nampaknya akan terbentuk beberapa bulan mendatang.
Sejumlah pemilih belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih untuk memimpin Belanda. "Saya akan menonton perdebatan agar jelas tentang siapa yang akan saya pilih," ujar Giorgio Frans, 20, pemilih untuk pertama kali kepada AFP pada Selasa malam.
Setelah tahun lalu dunia terenyak dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit dan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS, pemilu Belanda akan menjadi ukuran kekuatan calon ekstrim kanan dan populis menjelang pemilu negara-negara besar di Eropa tahun ini.
YAHOO NEWS | AFP | SITA PLANASARI AQUADINI