Myanmar Hukum Mati Pria Rohingya Pemimpin Penyerangan Polisi  

Reporter

Selasa, 14 Februari 2017 08:46 WIB

Sejumlah anak-anak muslim Rohingya mengikuti mambaca Al Quran di ruangan terbuka di kamp pengungsian Kutupalang, Cox's Bazar, Bangladesh, February 4, 2017. Lebih dari 1.1 juta muslim Rohingya mengalami hidup memprihatinkan, karena umat Buddha Myanmar menganggap mereka sebagai imigran ilegal. REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

TEMPO.CO, SITTWE—Pengadilan Myanmar menghukum mati seorang pria Rohingya yang disebut terbukti bersalah memimpin penyerangan terhadap pos polisi perbatasan pada Oktober lalu.

Seperti dilaporkan Sydney Morning Herald, Selasa 14 Februari 2017, kepala kepolisian Sittwe Yan Naing Lett mengatakan pengadilan di ibu kota Negara Bagian Rakhine itu memvonis Mamahdnu Aka Aula pada Jumat pekan lalu.

Baca: Tentara Myanmar Bentuk Tim Investigasi Kasus Rohingya

“Dia dihukum mati karena terbukti melakukan pembunuhan berencana di pos perbatasan Kotankauk,” kata Yan seperti dikutip Channel Newsasia, Senin lalu.

Mamahdnu Aka Aula, menurut Yan, memimpin dan merencanakan serangan ke pos polisi perbatasan bersama 13 warga Rohingya lainnya. “Ke-13 orang itu telah disidangkan tapi belum dijatuhi hukuman,” ujar Yan.

Pemerintah Myanmar menyebut ratusan milisi Rohingya menyerbu tiga pos polisi perbatasan dengan Bangladesh pada 9 Oktober lalu. Serangan ini menewaskan sembilan polisi.

The International Crisis Group menyebut para pelaku didukung oleh kelompok asal Arab Saudi,Harakah al-Yaqin, yang selama beberapa tahun terakhir merekrut dan melatih milisi dari Bangladesh dan utara Rakhine.

Serangan terhadap polisi oleh warga Rohingya, menurut Aparupa Bhattacherjee, peneliti Asia Tenggara untuk National institute of Advanced Studies di Bangalore, adalah hal yang sangat mungkin terjadi ketika, “Generasi muda Rohingya tidak melihat solusi damai dan politik. Mereka sangat siap untuk berjuang membela hak-hak mereka.”

Putusan ini berselang beberapa hari setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan tentang kebrutalan tentara dan militer Myanmar yang melakukan pembunuhan, penyiksaan hingga perkosaan terhadap warga Muslim Rohingya.

Dalam laporan itu, pejabat PBBB menyebut sedikitnya seribu orang diprediksi tewas dibunuh sementara lebih dari 80 ribu warga Rohingya lain melarikan diri ke Bangladesh sejak militer menggelar operasi untuk mencari milisi Rohingya.

Berdasar wawancara terhadap ratusan korban dan saksi mata di kamp pengungsian Bangaldesh, PBB menyimpulkan militer Myanmar telah melakukan kebijakan teror sistematis yang masuk dalam genosida terhadap warga Rohingya.

Kekerasan tersebut memicu kritik baru dari dunia internasional yang menyebut pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi hanya sedikit sekali membantu anggota moniritas muslim itu.

Rohingnya menghadapi perlakuan diskriminatif dari pemerintah Myanmar selama beberapa generasi. Mereka tidak diklasifikasikan sebagai warga negara dan malah dianggap sebagai pendatang haram dari Bangladesh dengan hak sangat terbatas.

Sekitar 1,1 juta muslim Rohingya hidup seperti dalam situasi serupa apartheid di wilayah barat laut Myanmar.

SYDNEY MORNING HERALD | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI


Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

5 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

17 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

18 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya