Salah Kaprah tentang Rohingya di Myanmar

Reporter

Jumat, 10 Februari 2017 09:23 WIB

Pengungsi Rohingya di negara bagian Rakhine, Myanmar saat tim bantuan kemanusiaan Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan, 21 Januari 2017. FOTO/Wakil ketua Muhammadiyah Disaster Management Center, Rahmawati Husein.

TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Rahmawati Husein menuturkan selama ini terjadi salah kaprah di kalangan masyarakat Indonesia tentang isu Rohingya di Myanmar.

Menurut Rahmawati, Rohingya di Myanmar tidak hanya muslim. Ada juga Rohingya yang nonmuslim. Selain itu, negara bagian Rakhine dengan ibukota Sittwe, korban konflik kekerasan tidak hanya dialami Rohingya, namun juga warga Burma muslim, Burma yang beragama Budha.

"Kita tahunya Rohingya muslim saja," kata Rahmawati dalam diskusi Peran Indonesia Dalam Bantuan Kemanusiaan Rohingya yang diadakan oleh Kantor Staf Presiden, Kamis, 9 Februari 2017.

Dua pekan lalu kepada Tempo, Rahmawati menjelaskan bahwa tidak semua kawasan di Rakhine tertutup bagi orang asing. Di Sittwe, para korban konflik kekerasan hidup dalam kamp pengungsi . Di Sittwe, akses masuk bagi orang asing, baik pemerintah atau LSM, untuk melihat dan memberikan bantuan kemanusiaan masih terbuka.

Akses yang dijaga ketat aparat keamanan Myanmar dan butuh izin khusus untuk masuk ada di kota Maungdaw. Bantuan kemanusiaan dari pemerintah ataupun LSM asing selama ini tak dapat diberikan langsung ke kamp di Maungdaw. Aparat keamanan Myanmar yang akan membawa bantuan itu ke sana.

"Setelah Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) bertemu Aung San Suu Kyi (21 Januari 2017), pintu Maungdaw sudah dibuka. Bantuan lembaga internasional sudah diizinkan masuk. Bantuan Indonesia 17 truk dibawa ke Maungdaw," kata Rahmawati saat bertemu tim KSP di Bina Graha, 27 Januari 2017.

Wakil Direktur Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Tony Hendarjati mengatakan di Rakhine terdapat beberapa masjid, selain vihara dan gereja. Namun, dalam peta Rakhine, masjid tidak muncul. "Jadi, masjid ada di Rakhine," kata Tony.

Salah kaprah lainnya, menurut Tony, aksi-aksi demonstrasi di Indonesia yang niatnya memberikan dukungan kepada Rohingya justru membuat Rohingya di Rakhine semakin ditekan.

Begitu pula dengan tekanan yang dilakukan oleh Malaysia dan rencana pengiriman kapal Flotila ke Myanmar, justru semakin membuat Rohingya di Myanmar tertekan. Alasannya, Malaysia mengangkat isu politik dan hak asasi manusia yang sensitif di Myanmar yang sedang dalam proses transisi pemerintahan dari militer ke sipil.

Rahmawati membenarkan pernyataan Tony. "Semakin keras kita bersuara, semakin Rohingya ditekan," ujarnya.

Menurut Tony, itu sebabnya ia mendukung soft diplomacy dengan fokus pada pemberian bantuan kemanusiaan langsung kepada Rohingya lebih efektif untuk mengangkat martabat hidup Rohingya.

MARIA RITA

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

2 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

4 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

4 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

6 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

7 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

8 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

9 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

10 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

15 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

16 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya