TEMPO Interaktif, Beirut: Sebulan sejak genjatan senjata, Hizbullah kembali menjejakkan kaki di Libanon selatan-wilayah yang semestinya bersih dari aktivitas gerakan perlawanan Syiah itu dan Israel. Mereka bukan untuk angkat senjata lagi, tapi membantu membangun kembali negaranya."Tujuan kami memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh Israel," kata Moustafa Dirani, anggota dewan politik Hizbullah, yang pernah ditahan tentara Israel, kemarin. "Hizbullah dekat dengan rakyat (Libanon), kami merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari mereka."Ketua Kampanye Reskonstruksi Hizbullah Ghassan Darwish menambahkan, apa yang mereka lakukan juga dilatarbelaki atas ketidak becusan pemerintah Libanon merekonstruksi negaranya. "Pemerintah cuma ingin merampok rakyat, bukan menolong mereka," ujarnya.Memang, Darwish mengakui, pejabat-pejabat pemerintah itu datang menyambangi rakyatnya. Begitu juga sewaktu Hizbullah membantu membangun lagi Libanon. Tapi, "cuma mengecek apa yang dilakukan kami, mengucapkan selamat, habis itu pergi," katanya geram.Pejuang Hizbullah yang tiarap sejak perang distop pada 14 Agustus lalu membantu membersihkan puing-puing rumah dan bangunan yang hancur atau rusak. Tapi, kebanyakan masih terkonsentrasi di pinggiran Beirut selatan yang menjadi salah satu basis utama mereka.Kelompok yang dipimpin Hassan Nasrallah itu juga membagi-bagikan uang ke warga yang rumahnya luluh-lantak sebagai kompensasi. Tiap rumah yang hancur lebur dihargai US$ 12 ribu (Rp 109 juta). Yang cuma rusak diganti lebih rendah lagi tergantung seberapa besar gompalnya.Nasrallah malah mengatakan pejuangnya masih ada di daerah di Libanon selatan guna meneruskan perjuangan. "Perlawanan masih ada di selatan Sungai Litani dan di seluruh selatan Libanon," katanya, yang rumahnya juga hancur kepada stasiun televisi Aljazeera.AFP |NEWS | SS KURNIAWAN
Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut dunia akan menjadi tempat yang lebih baik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump "idiot."