Operasi Militer: 70 Warga Rohingya Tewas, 1.250 Rumah Dihancurkan

Reporter

Senin, 21 November 2016 18:39 WIB

Warga beristirahat di kamp pengungsian etnis Rohingya yang hancur dihantam badai di Rakhine, Myanmar 4 Agustus 2015. Myanmar meminta bantuan internasional untuk menyediakan makanan, tempat tinggal sementara dan pakaian untuk lebih dari 210.000 warganya yang menjadi korban badai disertai hujan lebat. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Yangon - Human Rights Watch (HRW) melaporkan sekitar 70 muslim Rohingya tewas dan 400 orang ditangkap dalam operasi militer Myanmar untuk mengejar pemberontak pada enam pekan terakhir.

Selain itu, lebih dari 1.250 rumah di lima desa yang dihuni etnis Rohingya di negara bagian Rakhine dihancurkan dalam operasi militer Myanmar.

"Serangan terhadap lima desa etnis Rohingya merupakan kejadian yang disengaja. Pemerintah Myanmar perlu menyelidiki serta menghukum pihak yang bertanggung jawab," kata Brad Adams, Direktur HRW di Asia, seperti dikutip dari ABC News.

Baca:
Pria Bakar Diri di Australia Pengungsi Rohingya, Myanmar
Di Aleppo, Paramedis Menangis Selamatkan Bayi di Inkubator
Gara-gara Monyet Perang Suku Pecah di Libya, 20 orang Tewas

Konflik berkepanjangan di Rakhine dalam enam pekan terakhir memaksa 30 ribu muslim Rohingya mengungsi. Namun mereka yang mengungsi justru ditangkapi tentara Myanmar di perbatasan Bangladesh. Tak hanya itu, laporan tersebut menyebutkan sejumlah tentara Myanmar memperkosa para wanita Rohingya.

Pemerintah Myanmar mengaku telah menggunakan helikopter untuk mendukung pasukan darat dalam operasi melawan pemberontak tersebut. Namun Myanmar membantah laporan HRW tentang jumlah rumah yang hancur. Menurut pemerintah Myanmar, jumlah rumah yang hancur kurang dari 300. Milisi dituding sebagai pelakunya dengan tujuan memicu pertikaian antara tentara dan warga sipil.

Kekerasan terbaru di Rakhine dimulai pada 9 Oktober lalu, ketika tiga tentara yang mengawal perbatasan dibunuh oleh kelompok bersenjata yang diduga didalangi etnis Rohingya.

Baca:
Suriah Tolak Beri Status Otonomi untuk Pemberontak
Militer Filipina: Penculik 2 WNI Masuk Markas Abu Sayyaf

HWR meminta agar pemerintah Myanmar membuka data dan akses bagi wartawan serta pegiat hak asasi manusia mengenai situasi etnis Rohingya di Rakhine. HRW juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera melakukan tindakan nyata di Myanmar.

Minoritas Rohingya, yang berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa, telah menghadapi diskriminasi, penindasan, dan kekerasan di Rakhine selama bertahun-tahun. Mereka sering menjadi sasaran mayoritas Buddha yang melihat mereka sebagai imigran gelap dari Bangladesh. Kekerasan itu telah ditafsirkan sebagai upaya untuk memaksa mereka keluar dari Myanmar.

Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai warga negara, meskipun mereka telah tinggal di kawasan itu selama beberapa generasi.

PRESS TV | ABC NEWS | ARIF BUDIMAN | YON DEMA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

14 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

14 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

15 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

17 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya