TEMPO Interaktif, Singapura:Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura mewajibkan warga asing yang berkunjung menggunakan masker. Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan virus sindrom pernafasan akut atau SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Jangan sampai penyakit itu menyebar ke Indonesia, terutama daerah yang berdekatan dengan Singapura, kata Chalief Akbara, Kepala Bidang Penerangan Kedutaan Besar RI, di Singapura kepada Tempo News Room, Selasa (1/4). Chalief mengakui penyakit itu yang menyebabkan meninggalnya Matsofi, warga negara Indonesia asal Madura. Matsofi yang bekerja di kapal kargo meninggal 28 Maret lalu, ditengah perjalanan dari Hongkong menuju Singapura. Mayatnya telah dikirim ke Madura oleh perusahaan pelayaran yang mempekerjakannya. Menurut Chalief, satu keluarga WNI juga menderita penyakit tersebut dan kini dirawat di Rumah Sakit Tan Sock Seng Singapura. Ibu dan anak yang masih pelajar, ketika itu berlibur ke Hongkong dan Guangdong, Cina. Sepulangnya dari liburan, keduanya diketahui mengidap penyakit SARS positif stadium 5. Chalief mengaku belum memperoleh identitas yang jelas keluarga tersebut. Sampai saat ini, ada 92 penderita SARS positif di Singapura, yang mana empat diantaranya meninggal dunia. Pemerintah Singapura sudah mengkarantina 2.000 warganya yang diindikasi tertular dan menutup sekolah hingga 06 April 2003. Dijelaskan Chalief, Pemerintah Singapura masih mencari penumpang pesawat China Southern Airlines yang diduga pertama kali pembawa virus maut ke Singapura. Ketika itu, dari 49 penumpang pesawat yang mendarat 15 Maret 2003, 39 penumpang sudah dilepas, namun lima orang belum diketahui keberadaanya. Akibat penyebaran virus ini, hotel di Singapura tingkat okupansinya turun hingga 40 persen. Selain itu, kapal fery ke Batam berkurang penumpangnya sampai 70 persen dibanding sebelum penyakit SARS menyebar. (Rumbadi DalleTempo News Room)
Berita terkait
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga
10 menit lalu
Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga
Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.