Duterte Ingin Pasukan AS Keluar dari Filipina dalam 2 Tahun  

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Kamis, 27 Oktober 2016 05:22 WIB

Presiden Republik Filipina, Rodrigo Roa Duterte, tiba dalam kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, 9 September 2016. Isu keamanan di perairan Indonesia dan Filipina akan menjadi salah satu fokus pembahasan kedua kepala negara. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte kian lantang menyuarakan retorika anti-Amerika Serikat saat ia menyebut keinginannya untuk menarik semua pasukan asing dari negerinya dalam dua tahun.

Saat berbicara dalam sebuah pertemuan dengan para pengusaha di Jepang, Duterte memahami jika pernyataannya tentang "perpisahan" militer Filipina dengan Amerika Serikat telah membuat marah Washington. Namun dia mengatakan tekadnya menjalankan politik luar negeri yang independen.

"Saya ingin, mungkin dalam dua tahun ke depan, negara saya bebas dari kehadiran pasukan militer asing," katanya seperti dikutip dari The Guardian pada Kamis, 27 Oktober 2016. "Saya ingin mereka keluar," ujarnya.

Duterte menjelaskan, pasukan Amerika telah berada di negaranya sejak Amerika menjalin perjanjian keamanan dengan Presiden Filipina sebelumnya, Benigno Aquino. Adapun pasukan Amerika tersebut berada di lima pangkalan militer yang tersebar di Filipina.

Duterte berjanji merevisi isi perjanjian antara negaranya dan Amerika. Dia bahkan berharap bisa membatalkan perjanjian keamanan dengan Amerika. Artinya, negaranya sudah tak ingin lagi dicampuri oleh Amerika.

Namun, beberapa jam kemudian, Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay berusaha menenangkan kekhawatiran atas masa depan hubungan militer dengan sekutu lama mereka itu.

"Tidak ada alasan saat ini untuk mengakhiri perjanjian kami karena kepentingan nasional kami," katanya kepada wartawan di Tokyo. Dia menjelaskan, Filipina akan terus menghormati kewajiban perjanjian antara negaranya dan Amerika. Sedangkan Duterte ingin mempererat hubungannya dengan Cina.

Duterte juga mendukung Cina atas klaim kepemilikan Laut Cina Selatan yang kini masih menjadi sengketa. Diperkirakan Cina sedang membangun dominasi rute pelayaran untuk perdagangan ekonomi. Perdagangan di Laut Cina Selatan diperkirakan mencapai US$ 5 triliun setiap tahun.

THE GUARDIAN | AVIT HIDAYAT

Berita terkait

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

1 Februari 2024

Sosok Ferdinand Marcos Jr yang Terancam Dimakzulkan Duterte

Menanggapi tuduhan keras Duterte, Marcos hanya tertawa. Dia menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tanggapan serius terhadap pertanyaan tersebut.

Baca Selengkapnya

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

31 Januari 2024

Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr

Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.

Baca Selengkapnya

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

12 September 2023

Peraih Nobel Perdamaian, Maria Ressa, Dibebaskan dari Kasus Pajak Filipina

Maria Ressa, peraih Nobel Perdamaian 2021 bersama jurnalis Rusia, mendapatkan reputasi karena pengawasan terhadap mantan Presiden Rodrigo Duterte.

Baca Selengkapnya

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

10 Mei 2022

Kembalinya Keluarga Marcos Berkuasa di Filipina Disambut Protes Mahasiswa

Sekitar 400 mahasiswa melakukan protes di luar gedung Komisi Pemilihan Filipina menentang kemenangan Ferdinand Marcos Jr dalam pemilihan presiden

Baca Selengkapnya

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

9 Mei 2022

Pilpres Filipina: Profil Ferdinand Marcos Jr, Si Bongbong Penerus Dinasti Marcos

Calon-calon yang bertarung dalam pilpres Filipina ada 10 kandidat dan terdapat 3 nama yang digadang-gadang menggantikan Presden Duterte.

Baca Selengkapnya

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

7 Februari 2022

Putra Eks Diktator Filipina Marcos Berpeluang Besar Menjadi Presiden

Putra mantan diktator Filipina Ferdinand Marcos menjadi kandidat yang paling berpeluang menggantikan Presiden Rodrigo Duterte

Baca Selengkapnya

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

17 Januari 2022

KPU Filipina Tolak Petisi untuk Melarang Anak Marcos Jadi Capres

Komisi pemilihan umum (KPU) Filipina menolak petisi yang berusaha untuk melarang putra mendiang diktator Ferdinand Marcos menjadi capres

Baca Selengkapnya

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

14 Januari 2022

Filipina Larang Warga Belum Vaksin COVID-19 Naik Transportasi Publik di Manila

Aturan pemerintah Filipina ini menuai kecaman karena dianggap mendiskriminasi warga miskin yang belum memperoleh akses vaksin COVID-19

Baca Selengkapnya

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

7 Januari 2022

Warga Filipina yang Belum Imunisasi Vaksin Covid-19 Bisa Ditahan, Jika ...

Warga Filipina yang belum imunisasi vaksin Covid-19 agar tidak keluar rumah jika tidak mendesak. Mereka bakal ditahan jika tak patuh.

Baca Selengkapnya

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

5 Januari 2022

Duterte Menolak Minta Maaf atas Pelanggaran HAM selama Perang Melawan Narkoba

Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan dia tidak akan pernah meminta maaf atas kematian tersangka narkoba yang dibunuh di luar hukum.

Baca Selengkapnya