Cina Bangun Wisata di Wilayah Sengketa Laut Cina Selatan  

Reporter

Kamis, 23 Juni 2016 11:02 WIB

Foto satelit yang dirilis Asian Maritime Transparency Initiative, pada 23 Februari 2016, memperlihatkan Tiongkok kemungkinan sedang membangun instalasi radar di pulau-pulau di kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Kepulauan Spratly menjadi sengketa antara Tiongkok, Filipina, Taiwan, Vietnam, Malaysia, dan Brunai. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/DigitalGlobe

TEMPO.CO, Beijing - Cina akan menawarkan paket wisata kapal pesiar reguler menuju Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan pada 2020. Rencana ini memancing kejengkelan sejumlah negara yang mengklaim perairan yang disengketakan tersebut.

"Provinsi Hainan berencana menyediakan jalur pelayaran dan perjalanan pesiar bisnis Laut Cina Selatan antarnegara meliputi sepanjang Jalan Sutera Maritim," kata seorang pejabat Provinsi Hainan, seperti dilansir surat kabar resmi China Daily, Rabu, 22 Juni 2016.

Rencana ini mengacu pada inisiatif Presiden Xi Jinping yang ingin meningkatkan investasi dan perdagangan. Namun rencana itu membangkitkan kemarahan Amerika Serikat dan sekutu regionalnya karena klaim sepihak Cina atas perairan tersebut. Apalagi Cina telah mendorong adanya rencana kehadiran sipil di pulau-pulau yang disengketakan.

Cina mengklaim 90 persen potensi energi yang ada di Laut Cina Selatan. Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan mengklaim sebagian dari daerah tersebut. Perairan di dekat Kepulauan Spratly ini menjadi perebutan karena sering dilintasi kapal dan diperkirakan memiliki nilai perdagangan sebesar US$ 5 triliun tiap tahun.

Provinsi Pulau Hainan akan mengoperasikan perjalanan rutin ke Spratly dalam menanggapi meningkatnya permintaan. Selain menawarkan pelayaran ke perairan itu, Cina juga akan membangun pulau buatan, lapangan udara, dan fasilitas militer. Hal ini telah memicu ketegangan di Asia Tenggara, meskipun menurut pemerintah Cina sebagian besar konstruksi tersebut ditujukan untuk kegiatan sipil.

Analisis menuturkan rencana pembangunan Cina di Spratly akan membawa Beijing langsung berada di jantung maritim Asia Tenggara.

CBC | INTERNASIONAL | ATIKA NUSYA PUTERI | TJANDRA DEWI




Berita terkait

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

41 menit lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

20 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

21 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya