Andal Ampatuan Jr. tersangka aksi penembakan yang menyebabkan tewasnya 57 pendukung lawan politiknya, menjalani pemeriksaan di Manila, Jumat (18/12). AP Photo/Alanah Torralba, Pool
TEMPO.CO, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengangkat Salvador Panelo, bekas pengacara klan Ampatuan, klan yang melakukan pembantaian terhadap 58 orang, di antaranya 31 jurnalis, pada akhir November 2009, menjadi juru bicara presiden.
Penunjukan Panelo mendapat kritik dari keluarga korban pembunuhan Amptuan dan organisasi wartawan.
Menurut sejumlah aktivis, salah satu masalah kontroversial Panelo adalah ketika dia menjadi pengacara otak pelaku pembunuhan massal yang menewaskan 58 orang atau dikenal dengan sebutan kasus “Maguindanao Massacre”.
Dia pernah menangani peristiwa pembunuhan tunggal paling mematikan dan serangan terhadap media yang menurunkan tulisan perebutan jabatan gubernur antara Esmael Mangudadatau melawan Andal Ampatuan Jr., seorang anggota klan Ampatuan paling berkuasa di Maguindanao.
Duterte yang akan dilantik sebagai presiden pada 30 Juni 2016, dalam kesempatan jumpa pers di Kota Davao, Selasa, 1 Juni 2016, menerangkan bahwa dia akan memberi hadiah kepada penegak hukum yang berhasil meringkus pedagang narkoba.
"Kami akan menyediakan uang sebesar US$ 21 ribu atau sekitar Rp 287 juta bagi hamba hukum yang menghabisi bandar berikut sindikat narkoba," kata Duterte.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.