TEMPO.CO, Manila- Presiden terpilih Filipina, Rodrigo Duterte, mengatakan akan memberlakukan kembali hukuman mati. Filipina menghapus hukuman mati pada 2006.
"Apa yang akan saya lakukan adalah mendesak Kongres kembali memberlakukan hukuman mati dengan digantung, khususnya pengguna narkoba," kata Duterte, seperti dilansir CNN, Senin, 16 Mei 2016.
Bagi pelaku kejahatan yang berusaha melakukan perlawanan, Duterte memerintahkan polisi atau militer menembak mati pelaku tersebut.
Duterte menegaskan, selain mengaktifkan kembali pemberlakuan hukuman mati, ia akan melibatkan aparat keamanan untuk menembak mati siapa saja yang menolak ditahan.
"Jika tidak ada rasa takut pada hukum atau terikat pada hukum, hukum tak berguna," ujar pria 71 tahun itu.
Saat kampanye pemilihan presiden, Duterte mengatakan, jika menang sebagai presiden, ia akan menghukum mati 100 ribu penjahat dan menenggelamkan mereka di Teluk Manila.
Ia pun bersumpah akan mundur dari jabatan presiden jika gagal memenuhi janji-janji kampanyenya.
Hasil resmi pemilihan Presiden Filipina belum diumumkan, tapi Duterte dipastikan meraih suara terbanyak dengan 38,6 persen.
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
31 Januari 2024
Begini Konflik Antara Duterte dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr
Marcos bekerja sama dengan putri Duterte, Sara, untuk menjadikannya wakil presiden dalam kemenangan Pemilu 2022. Namun, keretakan dalam aliansi keluarga tersebut muncul ketika petahana telah menyimpang dari kebijakan anti-narkoba dan kebijakan luar negeri pendahulunya.